Jumat 19 Nov 2010 15:19 WIB

Mbah Petruk Ternyata Penyebar Agama Islam?

Red: irf
Awan panas Merapi
Foto: Tahta/Republika
Awan panas Merapi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Nama Mbah Petruk mendadak menjadi terkenal ke seantero negeri, menyusul letusan Merapi pada November 2010. Mbah Petruk makin populer setelah seorang warga bernama Suswanto, 43 tahun, berhasil memotret asap solvatara Gunung Merapi yang menyerupai kepala Petruk. Selama ini mitos Mbah Petruk sering dikaitkan dengan pemuka jin. Ia bertugas memberi wangsit mengenai waktu meletusnya Gunung Merapi, termasuk memberi kiat-kiat tertentu kepada penduduk agar terhindar dari ancaman bahaya lahar panas Merapi. Di pundak jin inilah, menurut isu yang sempat beredar, keselamatan penduduk tergantung.

Tentu saja tanggapan atas mitos Mbah Petruk cukup beragam. Jika ilmuwan vulkanologi menyatakan awan mirip Petruk tidak berarti apa-apa. Ponimin (50) yang disebut-sebut "sakti" seperti Mbah Maridjan, punya penafsiran sendiri. Menurutnya, hidung Petruk yang menghadap Yogyakarta mengandung arti Merapi mengincar Yogyakarta. Permadi, seorang paranormal, dalam sebuah infotainmen di sebuah televisi swasta nasional memiliki pendapat yang hampir serupa dengan Ponimin. Lain lagi dengan Sultan Hamengkubuwana X, Gubernur Yogyakarta saat ditemui di Kepatihan (2/11/2010) mengungkapkan: " Itu kan kata mereka. Kalau aku bilang itu Bagong, bagaimana? Atau itu Pinokio, karena hidungnya panjang". Spekulasi terus bermunculan akibat foto ini. Belum lagi juga muncul foto lain dari asap Merapi yang membentuk tulisan Arabic "Allah".

Tidak diragukan, nama Mbah Petruk telah menjadi satu mitos yang tidak terpisah dari warga yang mendiami wilayah sekitar Gunung Merapi. Tokoh ini sering dikaitkan sebagai penguasa gaib Merapi yang "bertanggung jawab" terhadap dunia "gaib" Merapi. Cerita tentang "kekuasaan" Mbah Petruk ini secara umum berkembang di sekitar lereng Merapi terutama di wilayah yang masuk Daerah Istimewa Yogyakarta. Masyarakat Cepogo dan Selo yang menjadi "basis kerja" Mbah Petruk pada "masa lalu" justru memiliki versi yang cenderung berbeda.

Berdasarkan cerita versi warga Cepogo bagian atas, nama asli Mbah Petruk sebenarnya adalah Kyai Handoko Kusumo. Beliau ini merupakan penyebar Islam di Merapi pada sekitar era 1700-an. Wilayah geraknya lebih banyak meliputi Cepogo bagian atas dan tidak menutup kemungkinan juga di wilayah yang lain. Dalam cerita tutur digambarkan bahwa ia memiliki bentuk badan yang agak bungkuk. Kyai Handoko Kusumo adalah seorang keturunan Arab. Bentuk hidungnya yang lebih mancung dari kebanyakan orang Jawa itu lah yang membuat dirinya dikenal dengan nama Mbah Petruk oleh Masyarakat setempat. Petruk dalam mitologi Jawa merupa kan tokoh wayang punakawan yang memiliki bentuk hidung sangat mancung.