Sabtu 20 Nov 2010 09:12 WIB

Nah Lho, Kepalanya Tertunduk, Wilders Terpojok di Parlemen

Geert Wilders
Foto: telegraph.co.uk
Geert Wilders

REPUBLIKA.CO.ID,Minggu berat bagi Geert Wilders. Gaya khasnya yang ceplas-ceplos digantikan penjelasan panjang bertele-tele. Ketika bicara di hadapan para wartawan di parlemen, kepalanya tertunduk dan pundaknya menurun.

Tidak mengherankan. Partai kanan populisnya, Partai untuk Kebebasan PVV, menghadapi masalah. Selepas spekulasi lima hari apakah anggota parlemen Eric Lucassen akan dikeluarkan dari parlemen, seorang anggota lainnya James Sharpe mengundurkan diri.

James Sharpe mundur sesudah wartawan mengungkap sejumlah insiden yang melibatkan bisnis dan kehidupan pribadinya. Ia adalah direktur sebuah perusahaan yang telah dua kali didenda di Hongaria karena mengelabui pelanggan. Di samping itu dalam sejumlah insiden yang terungkap, ia menggunakan kekerasan terhadap teman satu tim serta mantan pacarnya.

Kemundurannya dari parlemen terjadi saat PVV dilanda kontroversi sekitar Eric Lucassen. Pekan lalu, bekas tetangga Lucassen muncul dalam acara aktualitas dan mengatakan bahwa anggota PVV ini pernah mengintimidasi serta mengancam mereka. Yang lebih parah lagi, ternyata Lucassen pernah dinyatakan melakukan pelecehan seksual ketika bertugas dalam angkatan bersenjata.

Walau demikian, pengungkapan itu tidak menyebabkan Lucassen mundur, ia tetap menjadi anggota parlemen PVV. Tindakan tak biasa pun terjadi: Geert Wilders minta maaf atas anggota parlemennya pada debat di parlemen. "Atas nama PVV, saya minta maaf, tidak saja pada elektorat, tapi juga kepada seluruh parlemen sebagai wakil rakyat Belanda."

Seseorang yang dinyatakan bersalah melakukan kejahatan, tidak dilarang duduk dalam parlemen Belanda- partai politiklah yang bertanggung jawab atas anggota parlemennya. Selama ini PVV mengagung-agungkan hukum dan ketertiban. Dan para lawan Wilders menuduhnya bersikap hipokrit dalam skandal Lucasssen ini.

Femke Halsema, pemimpin Partai Kiri Hijau, mengklaim Wilders menggunakan standar ganda ketika menghadapi tingkah laku anggota parlemen dari partainya sendiri. "Sekarang Anda bisa berkelit bahwa semua terjadi akibat gerakan politik baru dengan sarana terbatas dan terburu-buru. Tapi pertanyaan yang mendasar adalah bagaimana Anda bertindak sebagai pemimpin klub hukum-dan-ketertiban yang tidak pernah mau memberikan kesempatan kedua."

Halsema menyebut delapan anggota parlemen PVV yang terlibat kontroversi. Tiga dari anggota parlemen PVV, serta satu calon anggota, dituduh melakukan kekerasan. Ditambah lagi satu anggota lain dan dua calon anggota dari kampanye pemilu lalu, berbohong mengenai pengalaman kerja mereka.

Wilders berang. Ia menuduh Halsema menyebar fitnah, ia menuntut Halsema menarik kembali komentarnya dan mengancam seluruh anggota partainya akan bangkit melawan Halsema.Tapi Halsema mengingatkan Wilders bahwa Wilders telah melakukan hal yang sama berulangkali kepada anggota parlemen lainnya, termasuk salah satu mantan kolega Halsema.

Lawan-lawan politik Wilders berupaya menarik keuntungan dari masalah yang dihadapi PVV saat ini, tapi pendukung Wilders tidaklah terpengaruh. Survei terhadap 2600 pemilih PVV menunjukkan, mereka tetap mempercayai pemimpin mereka, walau memang presentasinya berkurang sedikit. dari 97% menjadi 94%.

Tempat James Sharpe akan diambil calon anggota parlemen PVV lainnya. Mereka yang mengikuti perjalanan politik PVV tentu akan bertanya-tanya: siapa gantinya?

sumber : radio netherland
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement