REPUBLIKA.CO.ID, MAGELANG--Setelah ditutup hampir tiga pekan, situs peninggalan purbakala, candi Borobudur akan dibuka kembali, Ahad (21/11) besok. Kepala Seksi Pelayanan Teknis Balai Konservasi Peninggalan Borobudur, Iskandar M Siregar, mengungkapkan kondisi merapi yang berangsur pulih membuat pihak pengelola berani untuk membuka lokasi wisata tersebut.
Hanya, ungkap Iskandar, borobudur akan dibuka untuk bagian Kamadatu (undak paling bawah) dan halaman. "Besok akan kita buka untuk yang di bawah," ujar Iskandar kepada wartawan di Borobudur, Magelang, Sabtu (20/11).
Menurut Iskandar, Borobudur masih akan terus dibersihkan hingga empat pekan mendatang. Iskandar mengatakan baru bagian Arupadatu (bagian teratas) dan undak selasar yang berhasil dibersihkan petugas purbakala dan relawan. "Dibersihkan mulai tanggal 11 yang lalu. Tingkat paling atas 75% sudah bersih. Seluruhnya 7,5% sudah bersih. Target optimis 3-4 minggu," ujarnya.
Iskandar mengatakan hujan debu vulkanik dari gunung merapi mengancam adanya pelapukan terhadap batuan candi. Pasalnya, Iskandar menuturkan, zat debu tersebut membuat kadar zat asam (ph) batuan turun hingga ke angka 4-5.
Untuk menanggulanginya, ujar Iskandar, petugas menyemprot batuan dengan bahan soda kue atau natrium bikarbonat. Menurut dia, cairan tersebut dapat menetralisir kadar zat asam hingga ke angka sekitar 7. Setelah itu, ungkapnya, candi secara fisik dibersihkan dengan disapu dan debu dihisap dengan vakum cleaner. Lalu, ujarnya, baru disemprot air.
Menurut Iskandar, total dana yang digunakan untuk membersihkan candi sekitar Rp 380 juta. Dengan rincian, Rp 100 Juta dari APBN sedangkan Rp 280 Juta dari anggaran Balai Konservasi Peninggalan Borobudur."Tidak ada dana asing untuk pembersihan," ujarnya.
Soal potensi kerugian yang diderita akibat penutupan Borobudur, Iskandar mengaku belum mempunyai angka pasti. Akan tetapi, ia memberi estimasi. Dengan tiket masuk borobudur senilai Rp 20.000 dan jumlah pengunjung 20 ribu per hari. Sementara, dengan jangka waktu penutupan borobudur sejak Jumat (5/11), maka diperkirakan pengelola menderita kerugian berkisar di atas enam miliar rupiah.