REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN--Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X, Senin (22/11) meresmikan pembangunan "shelter" atau rumah hunian sementara untuk korban bencana letusan Gunung Merapi. Rumah sementara itu dipusatkan di Posko Jenggala Dusun Wonosari, Wedomartani, Ngemplak, Sleman.
"Kami mengharapkan kalangan pengusaha serta masyarakat umum baik di DIY maupun luar daerah untuk bisa ikut serta dalam proyek pembuatan rumah sementara bagi para korban letusan Gunung Merapi yang rumahnya rusak," kata Sultan. Menurut dia, total rumah yang akan dibangun sebanyak 2.526 unit dengan nilai per unitnya Rp6 juta hingga Rp7 juta.
"Dari 2.000 lebih 'shelter' yang akan dibangun, baru 300 buah yang sudah dilaksanakan. Makanya, kami undang para pengusaha untuk ambil bagian," katanya. Ia mengatakan, bagi pengusaha serta masyarakat yang ingin bergabung bisa menghubungi Dinas PUP DIY serta BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana).
"Pembangunan 'shelter' ini diharapkan menggunakan bahan baku dari lokal, warga yang punya kayu, silakan dijual ke BNPB. Supaya mendorong perekonomian di sana," katanya. "Shelter" yang dibangun berukuran 6x7 meter yang terdiri atas dua kamar tidur, satu bangunan MCK (mandi, cuci, kakus), ruang tamu dan dan ruang dapur.
"Untuk air bersih dilakukan dengan swamdes atau pembangunan sumur bagi satu desa. Sedangkan pasokan listrik sudah diatur PLN, katanya. Rencananya, "shelter" tersebut akan dibangun di atas tanah kas desa maupun "Sultan Ground" (tanah keraton Yogyakarta) yang berdekatan dengan lokasi desa yang hancur diterjang awan panas.
Rincian alokasi pembangunan rumah sementara yakni Desa Umbulharjo di Dusun Plosokerep 283 unit, Desa Kepuharjo di Dusun Pagerjurang 826 unit, Desa Glagaharjo di Dusun Banjarsari 802 unit, Desa Wukirsari di Dusun Slodokan 340 unit dan Desa Argomulyo di Dusun Kowang 258 unit.
Sedangkan untuk Kecamatan Ngemplak Desa Sindumartani di bangun di Lapangan Bimo sejumlah 15 buah.