REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Sembilan investor dari Cina berminat membangun industri mesin tekstil di Indonesia. Pemerintah Indonesia ingin, investasi ini dapat menunjang program restrukturisasi permesinan tekstil yang tengah digalakkan.
Menteri Perindustrian, MS Hidayat, telah menyampaikan kepada pengusaha Cina bahwa Indonesia membutuhkan investasi di bidang manufaktur, termasuk sektor permesinan tekstil jika Cina ingin ASEAN China Free Trade Agreement (ACFTA) berlangsung berkelanjutan dan saling menguntungkan. "Selama ini baru dominan di perdagangannya," katanya kepada wartawan usai bertemu delegasi pengusaha Cina, Senin (22/11).
Terlebih, kata dia, selama ini industri tekstil di Indonesia banyak menggunakan produk mesin dari Cina untuk program restrukturisasi yang sudah berjalan sejak 2007. Pemerintah memberi subsidi sebesar 10 persen kepada perusahaan tekstil yang mau mengganti mesin lamanya. Untuk kerja sama ini, dia mengusulkan perusahaan tekstil yang membeli mesin dari dalam negeri disubsidi 15 persen. "Dalam lima tahun, volume impor kita akan berkurang," ucapnya.
Selama Januari-September 2010, kelompok mesin dan peralatan mekanik menjadi penyumbang impor terbesar dengan pangsa 18,51 persen dari total atau 14,43 miliar dolar AS. Nilai ini tumbuh 36,24 persen ketimbang periode yang sama tahun sebelumnya (year on year/yoy).
Di urutan kedua, kelompok mesin dan peralatan mekanik menyumbang 14,49 persen dengan nilai 11,2 miliar dolar AS. Saat ini, Cina menjadi negara sumber impor utama dengan nilai 14,2 miliar dolar AS, tumbuh 18,26 persen yoy.