REPUBLIKA.CO.ID, INCHEON--Terkait baku tembak antara militer Korea Utara (Korut) dan Korea Selatan (Korsel), Selasa (23/11) sore, Presiden Korsel, Lee Myung Bak mengadakan pertemuan keamanan darurat. Pada pertemuan itu, Lee Myung Bak mengatakan serangan itu tidak bisa ditolerir karena mengenai sejumlah warga sipil.
”Kami akan melakukan pembalasan besar-besaran jika Korut membuat provokasi lagi,” kata Lee Myung Bak, Selasa (23/11).
Amerika Serikat (AS), yang memiliki lebih dari 28 ribu tentara yang ditempatkan di Korsel, mengutuk serangan itu. Dari Washington, Sekretaris Gedung Putih, Robert Gibbs meminta Korut untuk segera menghentikan serangan dan mengancam akan membantu pertahanan Korsel.
Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-moon juga mengutuk serangan artileri Korut. Ia menyebutnya sebagai salah satu insiden paling buruk sejak akhir Perang Korea pada tahun 1950 lalu. Ban menyerukan supaya masing-masing pihak segera menahan diri dan menyarankan segala permasalahan bisa diselesaikan dengan cara damai.
Menurut keterangan angkatan bersenjata Korsel, bentrokan senjata tersebut menyebabkan dua marinir Korsel tewas dan 15 warga sipil lainnya luka-luka. Warga yang tinggal di pulau itu juga dievakuasi ke tempat yang lebih aman.