REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Kalangan evangelis alias penginjil menggunakan berbagai macam cara untuk mendekati umat Muslim. Mereka tak hanya menyebarkan pengaruh dan agamanya ke umat Islam di negara-negara Timur, tapi mulai mendekati umat Muslim yang jumlahnya kian banyak di negara-negara Barat.
Caranya, meraka tak lagi menekankan pola kekerasan, intimidasi, atau memberikan citra buruk terhadap Islam. Mereka kini mulai mengedepankan persamaan dan landasan bersama yang ada antara Kristen dan Islam. Seperti yang diungkap oleh Direktur Pusat Penginjilan dan Misi Dunia, TV Thomas, dalam sebuah wawancara, seperti yang ditulis oleh christianitytoday. Berikut wawancaranya:
Anda dibesarkan di Malaysia, sehingga Anda tidak asing dengan agama lain. Bagaimana seharusnya orang Kristen menanggapi peningkatan jumlah, khususnya umat Islam, di Amerika Serikat dan Kanada?
Pertama, saya kira kita perlu mengatasi masalah ketakutan kita. Saya rasa banyak orang Kristen takut terhadap Muslim, dan itu disebabkan oleh image dan retorika di media tentang apa yang terjadi di luar negeri. Ketakutan ini kontraproduktif ketika berhubungan dengan Muslim. Banyak orang Kristen tidak menyadari bahwa kebanyakan Muslim hanya sekadar jumlah (populasi), dan Muslim seperti ini lebih cenderung untuk bisa merespon Injil jika mereka dapat mengetahui nilai-nilai Kristen yang menghampiri mereka.
Apa saja kendala yang dihadapi umat Kristiani dalam berhubungan dengan umat Islam?
Kebanyakan umat Islam berpikir bahwa Kristen di Barat telah bangkrut. Jadi itu satu masalah. Dari sudut pandang mereka, masyarakat Barat telah mengalami kemerosotan moral. Mereka ada benarnya. Dan sayangnya, mereka melihat ini sebagai sebuah refleksi tentang kekristenan secara umum. Karenanya, Barat disamakan dengan masyarakat Kristen.
Jadi, nasihat pertama saya bagi orang Kristen adalah untuk tidak menggunakan kata "Kristen." Sebagai contoh, saya menggambarkan diri sendiri sebagai pengikut Kristus (Yesus) yang taat. Karena "Kristen" berarti banyak hal. Tetapi mengidentifikasi sebagai pengikut Kristus yang taat berarti menggambarkan hubungan yang saya miliki dan iman yang saya yakini. Dan itu yang benar-benar dirasakan berbeda oleh Muslim.
Ketika berbicara dengan seorang Muslim, apakah lebih baik untuk memulainya dengan mengungkapkan persamaan di antara agama? Haruskah seorang Kristen fokus pada tema moral secara umum? Atau lebih baik untuk melukiskan perbedaan-perbedaan yang ada?
Jangan, sebaiknya jangan memulai dengan perbedaan. Ada banyak kesamaan. Alkitab jelas menyerukan kepada kekudusan, kebenaran, dan ibadah. Alkitab juga menekankan pentingnya keluarga. Ini semua adalah kesamaan yang harus kita tekankan. Tentu saja, berbicara tentang kesamaan sering menyebabkan diskusi melebar ke perbedaan, tapi saya pikir kita harus fokus pada kesamaan tadi.
Muslim sering menggunakan isu-isu teologis sebagai selimut pelindung. Dan saya merasa bahwa ketika Anda berhubungan dengan Muslim, Anda harus menghargai beberapa aspek mengenai Islam, misalnya, bahwa mereka sholat setiap hari dengan serius.
Setelah Anda menjalin hubungan baik dengan berbicara tentang kesamaan-kesamaan antara agama Anda, bagaimana Anda memulai membicarakan perbedaan-perbedaan yang ada? Bagaimana Anda berbicara tentang Yesus?
Mereka (Muslim) memiliki rasa hormat yang besar terhadap Yesus. Saya berbicara dengan mereka tentang Islam. Saat itulah mereka sadar bahwa mereka tidak mengetahui Islam sebagaimana mereka pikir dan lakukan. Mereka terpesona karena mereka pikir sudah memahami Alquran. Saya biarkan mereka membaca dalam bahasa mereka sendiri apa yang dikatakan Alquran tentang Yesus. Kebanyakan dari mereka tidak tahu kitab suci mereka sendiri.
Ini merupakan topik yang hangat, tetapi dapatkah Anda katakan kepada seorang Muslim bahwa sebagai orang Kristen kita menyembah Tuhan yang sama?
Saya akan mengatakan bahwa kita memiliki nama Tuhan yang sama. Tetapi Tuhan dalam Alkitab jauh berbeda dengan Tuhan dalam Islam. Jadi pada awal pembicaraan, jika seorang Muslim ingin menggunakan nama Allah, aku akan memberinya ruang untuk itu, dan bukan menentangnya sambil mengatakan, "Oh, Anda tidak dapat menggunakan Allah. Allah dan Tuhan tidak sama."
Anda jangan menolak dan menentangnya di awal pembicaraan. Kalau Anda menolaknya maka Anda tidak akan mempunyai titik awal untuk membicarakannya. Jadi saya akan berkata kepada seorang Muslim, "Kami dapat merujuk kepada Allah, tetapi kita perlu hati-hati melihat Tuhan dalam Alkitab dan Allah yang Anda maksud."
Keduanya memiliki satu hal yang sama: mereka adalah tertinggi, tetapi ada atribut lainnya yang membuat Tuhan dan Allah berbeda. Selalu mulailah dari mana orang itu memulainya.
Untuk pendeta yang ingin menjangkau orang-orang Muslim di lingkungan mereka, apa yang bisa mereka lakukan?
Wanita Muslim adalah kuncinya. Mereka tidak mudah diakses karena mereka tidak selalu bebas berinteraksi dengan orang lain di luar rumah. Tetapi, wanita Kristen bisa menjangkau mereka di rumah mereka (Muslim).
Kebanyakan Muslimah tidak bekerja, hanya di rumah. Pergilah ke rumah mereka, pelajari cara mereka memasak dan perlihatkan bagaimana cara memanggang. Atau ajak wanita Muslim datang ke rumah Anda ketika suami mereka bekerja dan katakan, ''Saya akan mengajari cara memanggang dan memasak.''
Wanita dari Timur Tengah biasanya langsung tertarik menerima tawaran itu. Stick untuk dipanggang karena itu netral. Jangan memulai dengan memasak daging dan makanan halal. Memanggang merupakan cara yang netral.
Cara lain untuk mendekati mereka adalah dengan mengajarkan bahasa Inggris sebagai bahasa kedua mereka. Beri pelajaran di lokasi yang jauh dari gereja. Kebanyakan Muslimah tak mau datang ke gereja atau suami mereka tak akan membiarkan istrinya mendatangi gereja. Namun jika Anda mengajarkan bahasa Inggris di tempat yang netral, itu akan menghilangkan hambatan.