REPUBLIKA.CO.ID, PADANG--Kepolisian Daerah Sumatera Barat tengah melacak penyebar isu mengenai akan terjadinya gempa dan tsunami, yang disebarluaskan melalui layanan pesan singkat (SMS) telepon selular dan meresahkan masyarakat. "Kita melacak penyebar pesan singkat (SMS) melalui handpone yang sangat meresahkan masyarakat terkait isu gempa besar disusul tsunami," kata Wakapolda Sumbar Kombes Erry Subagio, di Padang, Rabu (24/11).
Pesan isu itu isinya; "Dari hasil penelitian pakar gempa Jepang, di dasar laut Mentawai tepatnya di lokasi celah megatrush pascagempa Mentawai lalu, ternyata celah bersinergi sangat besar tersebut sudah sangat labil untuk patah dalam waktu dekat ini.
Bahkan Kota Padang sudah menetapkan status SIAGA dari H-3 dan H+3 dari tanggal 25 November 2010, karena pada tanggal 25 November tersebut bertepatan dengan bulan purnama/gravitas bumi terhadap bulan sejajar dengan planet Venus. Perkiraan gempanya nanti akan sangat kuat sekali, sampai mencapai 11 SR."
Beredarnya informasi yang belum tentu benar itu menyebabkan warga panik, bahkan ada yang mengungsi ke luar Kota Padang.
Menurut Erry, pihaknya akan bekerjasama dengan pihak Telkom untuk melacak siapa yang pertama mengirimkan SMS sangat meresahkan masyarakat. Pihak PT Telkom sudah bersedia untuk kerjasama dengan pihak kepolisian melacakan siapa yang menyebarkan SMS tersebut, katanya.
Dia menambahkan, nantinya akan menugaskan beberapa orang tim ahli dari pihak kepolisian untuk melacak SMS. "Tim inilah yang akan melacak siapa pengirim pertama SMS meresahkan masyarakat," katanya.
Dia mengatakan, SMS tersebut hanya dikirimkan oleh orang yang tidak bertanggung jawab untuk menakuti-nakuti masyarakat. "SMS yang dikirim orang tak bertanggung jawab tersebut memanfaat ketakutan masyarakat untuk melakukan perbuatan kriminal, seperti pencurian atau perampokan, jadi masyarakat jangan cemas," katanya.
Dia menambahkan, jika masih ada yang menerima SMS isu gempa tersebut, agar masyarakat melapor pada pihak kepolisian, sehingga bisa melacak jaringan penyebar isu.
"Pihak kepolisian tidak tahu dari mana SMS pertama yang dikirimkan, yang jelas baru dalam tahap penyelidikan dan penyidikan," katanya.