Sabtu 27 Nov 2010 04:22 WIB

Pemerintah Diminta Menjaga Rupiah Tidak Terlalu Kuat

Uang rupiah/ilustrasi
Uang rupiah/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Pemerintah diminta tetap fokus dalam menjaga gerak nilai tukar rupiah agar tidak terlalu menguat terhadap dolar AS. "Idealnya nilai tukar rupiah berada pada rentang 9.000-9.500 per dolar AS. Saat ini rupiah kecenderungannya terapresiasi, namun jika penguatannya terlalu besar maka akan menganggu pendapatan dari ekspor," kata Chief Economist Danareksa, Purbaya Yudhi Sadewa, di Jakarta, Jumat (26/11).

Menurut Yudhi, penguatan nilai tukar akan berdampak pada penerimaan ekspor yang lebih rendah. Secara keseluruhan, ia mengutarakan, ekonomi Indonesia berada pada jalur yang cukup bagus, tercermin dari sejumlah indikator makro ekonomi.

Namun, ekonomi bisa lebih baik lagi dari kondisi saat ini, jika pemerintah mampu membangun sektor infrastruktur, memangkas birokrasi, dan koordinasi antara pusat dan daerah berjalan dengan baik.

"Infrastruktur yang paling utama adalah ketersediaan listrik, energi berupa gas, bahan bakar minyak, sarana transportasi, sarana jalan dan pelabuhan.

Menurut dia investasi asing langsung (FDI) dalam tiga tahun terakhir kecenderungannya sudah bagus pada posisi yang terus meningkat. "Cuma saja masih perlu perbaikan di sana-sini. Perlu upaya bagaimana menciptakan iklim investasi yang lebih kondusif," katanya.

Sejalan dengan otonomi daerah (otda), banyak bermunculan peraturan daerah (Perda) yang berimplikasi negatif terhadap semangat investasi. "Perda bermasalah harus dihilangkan. Edukasi juga diberikan kepada pejabat Pemerintah Daerah agar tidak lagi berpikiran jangka pendek," katanya.

sumber : Ant
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement