REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Deputi Sekretariat Wakil Presiden Bidang Politik, Dewi Fortuna Anwar, menyatakan bahwa Indonesia bisa menjadi penengah dalam menyelesaikan konflik di semenanjung Korea. Dia menyatakan hal itu merespon permintaan dari berbagai pihak agar Indonesia terlibat langsung dalam penyelesaian konflik antara Korea Utara dan Korea Selatan.
"Six Party Talk saya kira tetap jadi pihak utama yang harus berkontribusi menyelesaikan konflik dua Korea. Tapi, Indonesia pun sebenarnya bisa ikut ambil bagian dalam proses ini dengan pendekatan sebagai teman dua Korea," kata Dewi di Jakarta, Selasa, saat acara diskusi dan peluncuran buku karya peneliti senior LIPI, CPF Luhulima, yang berjudul 'Dinamika Asia Tenggara Menuju 2015'.
Dewi mengatakan, Indonesia bisa berperan sebagai teman kedua Korea yang memiliki inisiatif untuk mendengarkan keluh kesah dua negara tetangga tersebut. "Saat ini diketahui komunikasi langsung antara Pyeongyang dan Seoul sudah tidak ada. Indonesia sebagai pihak yang memiliki hubungan erat dengan kedua negara bisa menjadi penghubung misalnya dengan berkunjung ke Korea Utara dan mendengar apa keluh kesah, kekhawatiran serta hal yang mereka inginkan, begitu juga sebaliknya, perwakilan Indonesia bisa mengunjungi Seoul dan melakukan hal yang sama," tutur Dewi.
Menurut dia, peranan sebagai penengah sangat mungkin dilakukan Indonesia mengingat empat negara dalam Six Party Talk cenderung memilih berpihak antara Korea Selatan atau Korea Utara. "Dengan mendengarkan keluhan kedua negara yang sedang berkonflik tersebut, kita bisa mengambil poin-poin persamaan pandangan antara Korea Utara dan Korea Selatan untuk kemudian dijadikan materi yang bisa mendorong terjadinya perdamaian di semenanjung Korea," katanya.
Namun, Dewi tetap menyatakan bahwa untuk mengupayakan perdamaian yg berkesinambungan di semenanjung Korea harus melibatkan negara yang memiliki pengaruh langsung di kawasan tersebut yakni negara-negara yang tergabung dalam six party talk.