REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Ulah Wikileaks yang membocorkan sejumlah dokumen rahasia AS memancing ragam reaksi dari pemimpin negara-negara yang terpaut dengan dokumen itu. Reaksi yang datang tidaklah seseram yang dibayangkan. Bahkan, Kremlin yang biasa begitu reaktif tampak adem ayem.
Namun, ada pula yang juga merasa citra negaranya tercemar seperti PM Italia, Silvio Berlusconi. Meski begitu, ulah Wikileaks ini membuat TUrki menjadi buah bibir. Apa pasal? Dari sekian banyak dokumen, Turki merupakan negara yang banyak disebut dalam dokumen tersebut. Bila ditotal, ada 7.918 dokumen tentang Ankara yang muncul ke permukaan. Dari ribuan dokumen yang dibocorkan prihal Ankara, PM Recep Tayyip Erdogan merupakan tokoh utama.
Disebutkan dalam dokumen tersebut sikap skpetis diplomat AS terhadap pemerintahan PM Erdogan. Menurut diplomat AS, Erdogan tak ubahnya simbol pemerintahan Islam yang otokratis ala jazirah Anatolia. Erdogan, masih menurut laporan diplomat AS, merupakan figur yang dikelilingi penjilat yang hanya memiliki pengetahuan terbatas tentang dunia di luar Ankara.
Salah satu dokumen bahkan menyebut Erdogan merupakan PM yang sombong dan terlalu yakin bahwa kekuasaannya dikhendaki Tuhan. Selain itu, Erdogan juga dicap pemimpin yang ragu dan rentan mengambil keputusan yang cepat dan tegas. Dokumen lain juga menyebut Erdogan memiliki delapan rekening di bank Swiss. Rekening itu sengaja dibuat guna mencuci uang Erdogan dari hasil korupsi.
Sosok lain diluar Erdogan yang juga menjadi buah bibir dalam dokumen yang bocor adalah Menteri Luar Negeri Turki, Ahmet Davutoglu. Oleh diplomat AS, Ahmet dikatakan sebagai sosok yang berbahaya lantaran kebijakannya berisikan ambisi mewujudkan Turki sebagai Ottoman di era modern. Ahmet juga dituduh menjalankan kebijakan yang berambisi selayaknya mengambil alih Rolls ROyce dan sumber daya Rover.
Di Turki, media massa dan komunitas blogger negara itu segera menerjemahkan dokumen ke dalam bahasa Turki. Mereka juga giat memposting dokumen yang bocor agar diketahui secara luas oleh masyarakat Turki. The Aksam, harian ternama di Turki menjuluki kebocoran itu dengan menyebut diplomasi 11 September sedangkan harian lain, Hurriyet menyebut kebocaran dukumen sebagai Sebuah gempa berpusat di Ankara.
Sementara itu, Erdogan meminta untuk mencari tahu dokumen yang perlu ditanggapi serius. "Kami akan melihat mana yang serius atau tidak, karena kehandalan WikiLeaks diragukan," katanya kepada wartawan sebelum berangkat untuk KTT Uni Eropa-Afrika di Libya. "Setelah itu, kami akan mengevaluasi dan membuat komentar yang diperlukan." Ketika dihubungi oleh TIME, juru bicara Kementerian Luar Negeri Turki hanya mengatakan "Kami sedang mempelajari dokumen-dokumen."
Italia Meradang
Perdana Menteri Italia, Silvio Berlusconi yang tengah menghadapi tekanan dalam negeri atas hobinya bermain wanita juga tak luput menjadi buah bibir dokumen diplomat AS yang bocor. Dikatakan dalam dokumen itu, Berlusconi merupakan pemimpn yang lemah, sia-sia dan tidak efektif. "Saya tidak perlu menanggapi apa yang dikabarka koran kuning," katanya saat berbicara kepada wartawan di Tripoli, Senin lalu.
Gambaran lain yang bocor dari sosok Berlusconi adalah dia merupakan kerabat dekat PM Rusia Vladimir PUtin. Dokumen lain menyebutkan Berlusconi menerapkan gaya hidup mewah yang mengakibatkan turunanya reputasi Italia. Lain lagi dengan dokumen lainnya yang menyebut Berlusconi secara fisik dan politik lemah. Berlusconi juga dinilai sering terlambat bekerja lantaran keasyikan berpesta sehingga dia tidak mendapatkan istirahat yang cukup.
"Sekali sebulan, saya menjadi tuan rumah untuk makan malam. Hal itu terjadi secara benar, bermartabat dan elegan." ujar Berlusconi saat menepis anggapan oposisi tentang gaya hidupnya itu. Akantetapi dia setuju dengan pendapat lawan politiknya yang mengatakan pembocoran rahasia negara begitu menyakiti citra Italia.
Rusia mengangkat bahu
Berbeda dengan tetangga jauhnya di Italia dan Turki, Rusia sedikit mendapatkan pencitraan yang lebih baik dari duta besar AS untuk Rusia di Moskwa. Dokumen yang bocor itu menyebut PM Rusia Vladimir Putin sebagai anjing Alpha. Dokumen lain bahkan menyebut Putin sebagai Robin, dan Presiden Rusia Dmitry Medvedev sebagai batman. Senin lalu, Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov membacakan dokumen "ajaib" yang mengajari Rusia mengeluarkan kebijakan yang disenangi AS.
Menanggapi kebocoran itu, Kremlin tampak adem ayem. Juru bicara Medvedev, Natalia Timakova mengatakan kepada media massa Rusia, simbol Batman-Robin mengecilkan arti pekerjaan Medvedev. Akantetapi anggota Parlemen Rusia buru-buru menyakinkan AS bahwa tidak ada reaksi keras dari Rusia. Bahkan pemimpin partai nasionalis Rusia, Vladimir Zhirinovsky, yang sempat merasakan perang dingin dengan AS, memutuskan masa ini adalah waktu yang tepat untuk berhubungan baik dengn AS. "Mantan Presiden Reagan memberi kami julukan lebih parah ketika menyebut Uni Soviet sebagai kerajaan kejahatan," pungkasnya.