REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Menteri BUMN Mustafa Abubakar menyatakan, pemerintah terus berupaya memperbaiki kinerja perusahaan milik negara, demi menghilangkan stigma negatif terhadap pengelolaan BUMN. "Dengan meningkatkan kinerja BUMN diharapkan, pendapat yang sebelumnya berkembang bahwa BUMN identik dengan 'mismanagement' (salah pengelolaan), dan inefisiensi dapat terpatahkan," kata Mustafa di sela dialog bertajuk 'Sharing The Chinese Experience in Making State Enterprises Profitable,' di Jakarta, Kamis (2/12).
Dialog yang menghadirkan pakar ekonomi China dari Columbia University (AS), Prof. Xiao Geng, juga diikuti sejumlah direksi dan komisaris BUMN. Menurut Mustafa, pengelolaan BUMN dari waktu ke waktu semakin bagus, tercermin dari peningkatan kontribusi perusahaan milik negara terhadap anggaran negara.
Namun harus diakui diutarakannya, bahwa di masa lampau terjadi penanganan BUMN secara kurang baik terutama disebabkan ketiadaan landasan pengelolaan serta tingginya intensitas intervensi. Kondisi ini kemudian menghasilkan stigma negatif bahwa BUMN dikelola secara tidak profesional, tidak efisien, sarat dengan praktik kolusi, korupsi dan nepotisme dan justru membebani keuangan negara.
Untuk itulah Mustafa menuturkan, tidak ada kata berhenti untuk membenahi kinerja BUMN, termasuk di antaranya berbagi pengalaman dengan China, sebagai negara yang sukses mengelola perusahaan milik negaranya dan masuk sebagai perusahaan global. "Pimpinan BUMN Indonesia harus belajar dari BUMN China yang terbukti berhasil melakukan transformasi bisnis," ujarnya.
Dengan sistem ekonomi yang terencana, perusahaan-perusahaan negara memainkan peranan penting dalam menggerakkan perekonomian China yang mengalami berkembang pesat dalam beberapa dekade terakhir. Ia menambahkan, Indonesia dan China memiliki pengalaman yang mirip dalam pengelolaan perusahaan milik negara.
Bahkan, saat krisis ekonomi pada 2008, kedua negara ini mampu mencatat pertumbuhan ekonomi sangat pesat dalam beberapa tahun terakhir. Sementara itu, Prof. Dr. Xiao Geng dalam diskusi yang diselenggarakan Perum Antara, dan Sinar Harapan ini, memaparkan keberhasilan transformasi BUMN di China yang berjumlah 154.000 unit usaha.
Dalam riset yang dibuat Xiao sejak tahun 1993 hingga saat ini, bahwa transformasi BUMN di China telah memasuki fase ke tiga, yaitu mempertahankan yang besar, melepas yang kecil, mengendurkan ikatan antara negara dan para pegawai BUMN, dan mengubah komposisi kepemilikan saham pemerintah dengan mengundang pemodal swasta.
"Reformasi BUMN di China, dimaksudkan untuk memaksimalkan aset finansial, sosial dan politik pemerintah sambil meminimalkan beban finansial, sosial dan politiknya," katanya.
Langkah ini ditambahkan Xiao, terbukti mendorong ekonomi China yang bersumber dari keunggulan komparatif di pasar maupun penguasaan pemerintah atas keuntungan dari BUMN itu. Namun lanjutya, perkembangan yang menguntungkan itu malah memunculkan gangguan pada distribusi keuntungan yang berdampak pada konsumen.