REPUBLIKA.CO.ID, LONDON--Anda yang akan bepergian ke negeri Albino, lebih baik mempertimbangkan lagi rencana itu atau paling tidak mengikuti seksama perkembangan cuaca di sana. Baru-Baru ini, pemerintah Inggris memerintahkan penyelidikan tentang bagaimana kebekuan akibat musim dingin melumpuhkan jaringan transportasi di negara tersebut.
Menteri Transportasi Inggris, Philip Hammond, menuntut jawaban setelah sejumlah pengendara terjebak di atas jalan tertimbun es, ratusan penerbangan dibatalkan dan penumpang kereta api dipaksa tidur berjam-jam di dalam kereta..
Philip menyatakan sikap puas bukanlah pilihan. I menegaskan sebagian besar kekacauan yang terjadi di Inggris diakibatkan kegagalan membersihkan jalan-jalan. Setelah situasi parah memalukan pada musim dingin lalu, badan pemerintah bersikeras mereka belajar dari kesalahan. Namun yang terjadi saat ini, mereka tidak siap dengan salju yang datang lebih dini.
Organisasi motor, mengatakan Badan Jalan Raya dan dewan kota gagal menghadirkan mesin pengeruk salju di tempat-tempat yang paling dibutuhkan, terlepas mereka telah melakukan pemesanan jauh-jauh hari.
Sejumlah penumpang mengatakan pelancong yang memanfaatkan transportasi udara dan kereta menderita sia-sia ketika otoritas seharusnya tahu cuaca buruk akan datang.
Kritikus menyeru pemerintah untuk meningkatkan respon terhadap cuaca buruk. Philip mengatakan ia telah memerintahkan kepala Royal Automobile Club Foundation (RAC) dan konsultan independen Whitehall, David Quarmby, untuk melakukan kajian, beberapa pekan setelah ia menyerukan pemeriksaan terhadap bagaimana pemerintah lokal dan nasional mengatasi kendala akibat cuaca.
"Ada pelajaran yang harus diambil dari kinerja kita di setiap serangan cuaca buruk dan sangat penting bagi kita untuk belajar sekarang," ujar Philip. "Sayangnya, dalam kondisi cuaca ekstrim beberapa gangguan tak terelakkan namun seharusnya tidak ada dalih atas komunikasi buruk dengan penumpang dan pengendara.
Menteri transportasi Inggris itu mengatakan dewan lokal juga bertanggung jawab da menyebutkan sejumlah insiden dimana jalan-jalan utama telah dikeruk, namun jalan-jalan lebih kecil belum disentuh sehingga menyebabkan kemacetan.
Lebih dari setengah rakyat Inggris yang menuju tempat kerja Rabu (1/12) kemarin tiba terlambat. Sementara satu dari sembilan karyawan absen dari kerja, memberi tekanan lebih jauh pada ekonomi dan diperkirakan merugikan negara hingga 1,2 milyar poundstering (Rp16 triliunan) per hari.