REPUBLIKA.CO.ID, KALIANDA--Aktivitas Gunung Anak Krakatau (GAK) di Perairan Selat Sunda kembali tidak terpantau sepanjang Kamis, baik secara langsung maupun dengan seismometer. Kepala Pos Pengamatan gunung api di Desa Hargopancuran, Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan, Andi Suardi, Kamis (2/12), mengatakan aktivitas hari ini tidak terpantau karena alat pemantau kegempaan sama sekali tidak mendapatkan energi.
Namun kata dia, diperkirakan jumlah letusan tidak jauh berbeda dengan kemarin, Rabu (1/12) yang hanya terpantau melalui seismometer selama sembilan jam, yakni dari pukul 08.10 hingga 17.32 WIB. Dia menyebutkan, hari sebelumnya intensitas gempa vulkanik dalam 28 kali, gempa vulkanik dangkal 36 kali, letusan 34, tremor atau gempa frekuansi tinggi 35, dan hembusan 56 kali.
Dia menjelaskan, kemarin, panel surya sempat menyerap sinar matahari untuk solar pembangkit dan alat penangkap kegempaan aktif selama sembilan jam, namun pada hari ini sama sekali tidak terpantau. Andi menerangkan, panel surya masih tertutup debu vulkanik sehingga tidak menyerap sinar matahari untuk memasok solar pembangkit yang akan menyuplai energi ke alat penangkap kegempaan.
Sementara, secara visual juga masih sulit terpantau karena kabut putih tebal terus menutupi badan gunung api itu sehingga semua tampak berwarna abu-abu, apalagi kondisi cuaca berawan. Kemudian, ketinggian semburan material vulkanik diperkirakan masih pada kisaran 500 meter sampai 700 meter mengarah ke utara karena sempat tampak meskipun dalam waktu singkat.
Karena tidak jauh beda dengan kondisi kemarin, menurut dia, jumlah kegempaan diperkirakan berkisar puluhan kali letusan, kegempaan, tremor dan hembusan. "Anak Krakatau masih aman bagi warga dan nelayan di daerah terdekat seperti warga Pulau Sebesi dan pesisir pantai Kecamatan Rajabasa Lampung Selatan," kata dia.
Dia menambahkan, aktivitas gunung tersebut dinyatakan masih tinggi atau level waspada meskipun intensitas kegempaan cenderung menurun dengan jarak aman dua kilometer dari gunung berapi itu.