Rabu 08 Dec 2010 16:22 WIB

Wilders: Israel Berhak Bangun Pemukinan Yahudi

Rep: Agung Sasongko/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Geert Wilders
Foto: AFP
Geert Wilders

REPUBLIKA.CO.ID, JERUSSALEM--Politisi kontroversial asal Belanda, Geert Wilders menyerukan kepada Israel untuk meneruskan pembangunan pemukiman Yahudi. Wilders menyatakan pembangunan itu harus dilanjutkan untuk memantapkan kuku Israel di Tepi Barat. Seruan Wilders tidak mengejutkan mengingat sepak terjangnya yang setia memprovokasi umat Islam. Pernyataan itu pun bukanlah atas nama Pemerintah Belanda melainkan dirinya sendiri.

"Sebuah negara (Palestina) yang hanya memliki lebar 15 kilometer tidak mungkin bisa membela diri," papar Wilders seperti dikutip Alarabiya, Senin (6/12). Dia juga mengatakan fakta itu didukung dengan minimnya kemungkinan Palestina membela diri lantaran negara itu berjarak sekitar 9 mil dengan kota Israel lain yang berada di dekat kawasan Mediterania, Netanya.

Wilders menyatakan orang-orang Yahudi Israel punya hak untuk hidup di Tepi Barat bila mengacu perang Timur Tengah 1967. "Kota-kota dan desa-desa Yahudi di Yudea dan Samaria bukanlah hambatan bagi bangsa Yahudi untuk hidup di kawasan itu. Terlebih Tepi Barat merupakan tanah yang dijanjikan dalam kitab Yahudi, " Katanya. Wilders bahkan mengatakan seharusnya wilayah Yordania juga dimungkinkan pihak Israel untuk dibangun pemukiman Yahudi.

Sebagai Informasi, masyarakat internasional terus menekan Israel untuk menghentikan pembangunan pemukiman di Tepi Barat. Masyarakat Internasional juga berusaha mencarikan jalan keluar untuk menciptakan solusi dua negara di kawasan itu.

Sementara pembicaraan damai Israel-Palestina terhenti tak lama setelah mereka kembali pada bulan September atas permintaan Palestina bahwa Israel memperpanjang pembekuan pembangunan selama  10-bulan di Tepi Barat. Akan tetapi Israel kemudian membatalkan dengan alasan harus terdapat jaminan politik dan militer tertulis dari AS sebagai imbalan atas perpanjangan tiga bulan.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement