REPUBLIKA.CO.ID,LONDON--Pendiri situs Wikileaks, Julian Assange, akhirnya menyerahkan diri ke kepolisian Inggris Selasa (7/12) kemarin. Kini pria kelahiran Australia yang berusia 39 tahun itu mendekam di penjara di London dan menolak diekstradisi ke Swedia.
Assange akan melawan jika dirinya dipaksa ekstradisi ke Swedia. Dia dituduh melakukan hubungan seksual dengan dua wanita tanpa persetujuan dan tak mengenakan alat kontrasepsi ketika berada di Swedia beberapa waktu lalu. Polisi Swedia pun lantas melayangkan permintaan penangkapan terhadap dia kepada interpol yang kemudian diteruskan ke kepolisian Inggris.
Meski sudah di dalam bui, Assange mengingatkan bahwa dirinya tak bisa diintimidasi. Alih-alih, dia malah mengancam akan merilis selusin kawat diplomatik milik Amerika Serikat terkait rencana pertahanan NATO di Estonia, Latvia, dan Lithuania yang membuat berang Rusia.
Di Amerika, Pentagon menyambut gembira penangkapan Assange. ''Kedengarannya ini kabar baik bagi saya,'' ujar Menteri Pertahanan AS, Robert Gates, dalam kunjungannya ke Afghanistan.
Juru Bicara Wikileaks, Kristinn Hrafnsonn, menegaskan penangkapan Assange dan keputusan Visa serta MasterCard menghentikan layanan rekening sumbangan untuk situs Wikileaks tak akan mengubah sikap organisasinya.
Wikileaks, lanjutnya, belum berniat meluncurkan lagi ribuan dokumen rahasia AS yang sangat sensitif jika diserang oleh negara 'Paman Sam' itu.