Kamis 09 Dec 2010 06:25 WIB
Rep: Agung Sasongko/ Red: Sadly Rachman
REPUBLIKA.CO.ID, TEPI BARAT--Pembangunan pemukiman Yahudi berskala besar di Tepi Barat memicu kemarahan warga Palestina. Kemarahan kian menjadi setelah kaum ekstrimis Yahudi dilaporkan merusak sejumlah bangunan masjid yang berlokasi di Beit Fajjar, Tepi Barat. Kondisi ini dikhawatirkan akan memunculkan benturan yang cukup besar antara warga Palestina dan tentara Israel.
Ihmadan Taqatka, Komite Lokal Fatah sekaligus perwakilan pemerintahan Presiden Palestina, Mahmod Abbas menyatakan pembangunan pemukinan Yahudi harus dihentikan. Selain itu, dirinya mengutuk pengerusakan Masjid yang dilakukan pihak ekstrimis Israel. Menurutnya pengerusakan itu hanya memperparah situasi.
Shlomo Brin, Seorang Rabbi menilai harus terjadi dialog antara Palestina dan Israel mengenai pembangunan pemukiman Yahudi di Beit Fajjar. Menurut dia, berdialog jauh lebih bermanfaat ketimbang mencari solusi dengan jalan kekerasan.
Secara terpisah, Politisi kontroversial asal Belanda, Geert Wilders menyerukan kepada Israel untuk meneruskan pembangunan pemukiman Yahudi. Wilders menyatakan pembangunan itu harus dilanjutkan untuk memantapkan kuku Israel di Tepi Barat. Seruan Wilders tidak mengejutkan lantaran dia merupakan sosok yang setia memprovokasi umat Islam melalui komentarnya yang tidak bisa dipertanggungjawabkan. Terlebih pernyataannya bukanlah atas nama Pemerintah Belanda melainkan dirinya sendiri.
Seperti dikutip Alarabiya, Senin lalu, Wilders menyatakan orang-orang Yahudi Israel punya hak untuk hidup di Tepi Barat bila mengacu perang Timur Tengah 1967. Wilders bahkan mengatakan seharusnya wilayah Yordania juga dimungkinkan pihak Israel untuk dibangun pemukiman Yahudi.
Sebagai Informasi, masyarakat internasional terus menekan Israel untuk menghentikan pembangunan pemukiman di Tepi Barat. Masyarakat Internasional juga berusaha mencarikan jalan keluar untuk menciptakan solusi dua negara di kawasan itu.
Sementara pembicaraan damai Israel-Palestina terhenti tak lama setelah mereka kembali pada bulan September atas permintaan Palestina bahwa Israel memperpanjang pengunduran pembangunan selama 10-bulan di Tepi Barat. Akantetapi Israel kemudian membatalkan dengan alasan harus terdapat jaminan politik dan militer tertulis dari AS sebagai imbalan atas perpanjangan tiga bulan.
Courtesy by Youtube