Jumat 10 Dec 2010 09:22 WIB

Sultan HB X: Mundurnya Prabukusumo Wujud Integritas Keluarga Keraton

Sultan HB X
Sultan HB X

REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA--Keputusan Gusti Bendoro Pangeran Haryo Prabukusumo mundur dari jabatan Ketua Dewan Pimpinan Daerah Partai Demokrat Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan wujud integritas keluarga Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.

"Keputusan GBPH Prabukusumo mundur dan keluar dari keanggotaan DPD Partai Demokrat DIY itu, tidak hanya sekadar pilihan politik," kata Raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat Sri Sultan Hamengku Buwono X di Yogyakarta, Kamis.

Menurut Sultan yang juga Gubernur DIY, keputusan yang diambil GBPH Prabukusumo itu merupakan wujud kesatuan sikap keluarga Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dalam memperjuangkan keistimewaan DIY.

"Saya melihat sikap GBPH Prabukusumo itu bukan hanya pilihan politik, tetapi juga menyangkut integritas kami. Kami bersaudara mempunyai integritas dan sikap yang sama dalam menghadapi masalah, khususnya keistimewaan DIY," katanya.

Ia mengatakan, keputusan mundur adiknya menyusul sikap politik Partai Demokrat yang tidak berpihak pada keistimewaan DIY menunjukkan kekompakan dari keluarga Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.

"Kekompakan tersebut untuk terus mempertahankan apa yang telah diperjuangkan ayah kami almarhum Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Sikap GBPH Prabukusumo itu sekaligus menegaskan bahwa keluarga Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat memiliki satu suara soal keistimewaan DIY."

Menurut dia, keluarga keraton memiliki satu suara dalam menyikapi keistimewaan DIY. Meskipun berbeda pandangan politik, keluarga keraton bisa membangun integritas, kekompakan, dan kesatuan sikap dalam memperjuangkan keistimewaan DIY.

"Jadi, keputusan GBPH Prabukusumo mundur dan keluar dari Partai Demokrat bukan atas desakan dari siapa pun. Keputusan itu murni diambil adik saya atas dasar kesadaran sendiri setelah melihat sikap politik Partai Demokrat yang tidak berpihak pada keistimewaan DIY," katanya.

sumber : ant
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement