REPUBLIKA.CO.ID,
JAKARTA--Laman lokal Indoleaks membocorkan salinan dokumen dari Gedung Putih berkode 'Top Secret/Sensitive' berupa percakapan antara mantan presiden Soeharto dengan mantan presiden Richard M Nixon dan mantan menlu Henry Kissinger.
Dokumen bertanggal 26 Mei 1970 berisi berbagai hal soal perkembangan Orde Baru Indonesia setelah lepas dari peristiwa G30S. Tercatat isu soal Partai Komunis Indonesia, investasi dan utang asing, serta pertahanan Indonesia dibahas.
Di bagian awal, Nixon bertanya pada Soeharto terkait sisa-sisa kekuatan PKI di Indonesia. Apakah komunis masih mencengkeram rakyat, apakah komunis masih berbahaya. Soeharto menjawab, komunis Indonesia sudah ditumpas.
Namun, masih tersisa pentolan-pentolan komunis sebanyak 300 ribu orang yang bebas. "Kami sudah menahan dan menginterogasi puluhan ribu dari mereka," kata Soeharto.
Nixon kemudian ingin tahu soal situasi mahasiswa Indonesia. Soeharto menjawab, pergerakan mahasiswa yang sebelumnya sukses menggusur Soekarno kini diarahkan ke pembangunan ekonomi dan sosial. "Para mahasiswa sudah menerima indoktrinasi ide-ide Orde Baru," katanya.
Nixon lalu bertanya soal keterlibatan Amerika Serikat dalam ekonomi Indonesia. Menjawab pertanyaan itu, Soeharto mengucapkan terima kasih kepada AS yang mau membantu Indonesia dengan mengucurkan utang dan bantuan lainnya.
"Kini ada 173 proyek bernilai total 900 juta - 1 miliar dolar AS milik perusahaan AS di Indonesia. Banyak dari investasi ini mengalir ke sektor pertambangan," kata Soeharto.
Aji mumpung, Soeharto lantas meminta bantuan Nixon, agar AS membantu Indonesia menjadwal ulang utang luar negerinya yang sebesar 14 miliar dolar AS. Namun Nixon tidak berkomentar spesifik terkait permintaan ini.
Ia hanya mengatakan AS sangat berminat mendukung perkembangan pembangunan Indonesia. Namun AS tidak ingin mengintervensi urusan dalam negeri Indonesia.