REPUBLIKA.CO.ID,TANGERANG--Kondisi mantan Wakil Presiden Hamzah Haz sudah membaik pascamenjalani operasi pada bagian kepala di Rumah Sakit Siloam Karawaci, Tangerang, Banten. "Informasi yang saya terima dari anggota keluarganya bahwa kondisi pak Hamzah Haz sekarang sudah membaik dan sudah bisa berbicara," kata Sekjen Partai Persatuan Pembangunan, Irgan Chairul Mahfiz di Tangerang, Ahad malam.
Dijelaskan Irgan, operasi yang dilaksanakan pada Sabtu (11/12) pagi, berjalan dengan lancar dan selesai sekitar pukul 11.00 WIB. Hal tersebut disebabkan karena beliau (Hamzah Haz, red) mengikuti aturan dokter. "Sehari sebelum menjalani operasi, pak Hamzah Haz kan menjalani puasa. Sehingga, kondisi saat operasi sudah prima dan tidak terjadi apa-apa," katanya.
Irgan juga menambahkan, selama perawatan di RS Siloam, anggota keluarga memang tidak bisa memberikan keterangan dengan tujuan untuk menghindari terjadinya salah tafsir. "Kami juga akui bahwa anggota keluarga dan pihak rumah sakit sudah sepakat untuk tidak memberikan keterangan sebelum operasi berlangsung. Kini, keadaanya sudah membaik," katanya.
Mengenai kapan Hamzah Haz akan pulang. Irgan belum mengetahui hal tersebut, sebab diperkirakan akan menjalani perawatan terlebih dahulu beberapa waktu di RS Siloam hingga kondisinya stabil.
"Kalau kapan untuk pulang, saya belum mengetahuinya. Namun, kondisi pak Hamzah Haz semakin membaik sejak menjalani operasi. Doakan agar pak Hamzah Haz bisa beraktivitas kembali seperti sediakala untuk membantu pemikiran kemajuan negeri ini," katanya menambahkan.
Hamzah Haz sebelumnya diberitakan masuk Rumah Sakit Siloam, Karawaci pada hari Jum`at (10/12) siang pukul 14.00 WIB dan dirawat di kamar 1027. Teuku Hanibal Asmar mengatakan, mertuanya masuk RS karena kondisi kesehatannya selama ini terganggu sehingga sering lemas setelah diperiksa ternyata ada cairan di kepala yang harus dikeluarkan dengan cara operasi.
Namun hasil dari pemeriksaan tersebut kemudian dikirimkan ke Singapura dan AS untuk dianalisa. Semula pihak keluarga mengusulkan agar dioperasi di Singapura, tetapi mantan Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) periode 1998-2007 itu meminta agar dilakukan di Indonesia saja.