REPUBLIKA.CO.ID,LUTON-Pelaku bom bunuh diri di Stockholm, Swedia, Sabtu lalu, Taimur Abdulwahab al-Abdaly, 28, pernah diusir dari Masjid Luton Islamic Centre, Inggris, karena menyampaikan pandangan ekstremnya kepada para jamaah saat berdakwah.
Diusir dari Masjid Luton, ia kemudian berdakwah di kalangan Muslim Universitas Bedfordshire yang merupakan almamaternya.
Sabtu (10/12) lalu, Abdulwahab melakukan pengeboman ganda di ibu kota Swedia yang melukai dua orang. Ia meledakkan mobilnya di sebuah kawasan perbelanjaan padat sebelum meledakkan dirinya.
Qadeer Baksh, imam Masjid Luton Islamic Centre, yang juga dikenal sebagai Masjid Al Ghurabaa, mengatakan Abdulwahab, warga Swedia yang pernah tinggal di Inggris, mendesak jamaah untuk bertindak sendiri karena kalangan masjid tidak cukup proaktif menentang penjajahan Barat di Irak dan Afghanistan. ‘’Dia tiba di masjid ini di awal Ramadhan pada 2007. Kami sebelumnya tak pernah melihatnya.’’
‘’Ia kemudian diberi kesempatan untuk berkhotbah. Beberapa jamaah mengatakan pandangannya akstrem sehingga saya menentangnya,’’ lanjut Qadeer Baksh. ‘’Semua (pidatonya) tentang Irak dan Afghanistan. Ia mengatakan kita harus proaktif dan melakukan aksi dengan tangan kita sendiri walau dia tak terang-terangan mempromosikan kekerasan.’’
‘’Masalahnya menjadi serius ketika sejumlah jamaah mulai mendengarkannya dengan serius. Saya kemudian berbicara dengannya, membahas argumen-argumennya, dan menentangnya secara teologi, dan dia menerimanya. Saya pikir semuanya sudah berakhir. Tapi, ternyata dia jalan terus,’’ lanjutnya.
‘’Jadi, suatu hari sebelum akhir Ramadhan, ketika masjid penuh dengan jamaah, saya terus terang menentang semua misinterpretasi dia tentang Islam. Dia langsung berdiri dan pergi. Kami tak pernah lagi melihatnya setelah itu, namun saya dengar dia mendatangi komunitas Muslim di universitasnya dan terus berdakwah tentang pandangan ekstremnya,’’ ungkap Qadeer Baksh.