REPUBLIKA.CO.ID,AKARTA--Badan Urusan Logistik (Bulog) akan melakukan sinkronisasi data beras dengan Kementerian Pertanian (Kementan) dan Dinas Pertanian di daerah. Hal ini untuk memaksimalkan penyerapan beras petani oleh Bulog yang targetnya tahun depan sebanyak 3,5 juta ton.
Direktur Utama Bulog, Sutarto Alimoeso, mengatakan, penyerapan beras petani tahun ini tidak bisa maksimal. Salah satu penyebabnya, karena terjadi pergantian kepemimpinan baik di Kementan dan di Bulog. "Karena masih transisi. Waktu dulu saya dan Pak Mustafa (Abubakar, mantan Dirut Bulog sebelum Sutarto) juga melakukan sinkronisasi," katanya kepada wartawan, Selasa (14/12).
Hingga Senin (13/12), Bulog hanya mampu melakukan pengadaan sebanyak 1,9 juta ton beras. Dari jumlah tersebut, sebanyak 1,5 juta ton disalurkan kepada masyarakat. Sehingga, cadangan tersisa tinggal 400 ribu ton. Untuk menjaga pasokan cadangan seperti yang diamanatkan pemerintah yaitu sebanyak 1,5 juta ton, Bulog mengimpor beras 830 ribu ton. Sementara, produksi nasional sebanyak 41 juta ton beras.
Sutarto mengatakan, sinkronisasi bertujuan untuk mengakurkan data produksi beras dari Dinas Pertanian di daerah dengan Divisi Regional (Divre) Bulog. Setelah data disinkronkan, pihaknya akan membuat perjanjian untuk menjamin beras petani terbeli oleh Bulog. "Tahun depan targetnya 3,5 juta ton. Untuk itu kami berharap bisa teken kontrak dengan dinas di daerah supaya ada kejelasan pasokan," katanya.
Selain itu, dia melanjutkan, Bulog juga tidak bisa menyerap beras produksi petani karena harga yang lebih tinggi dari Harga Pokok Produksi (HPP) pemerintah yakni Rp 5.000 per kilogram. Dia menuding, pengumuman Angka Ramalan (ARAM) II oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dimanfaatkan kalangan spekulan untuk menaikkan harga. Karena, BPS mengumumkan ARAM II sebesar 1,17 persen, lebih kecil dari pertumbuhan penduduk sebesar 1,49 persen.
Sejauh ini, kata dia, pihaknya sudah menggelontorkan 15-16 ribu ton beras lewat Operasi Pasar (OP) sepanjang Desember. Dia mengklaim, harga beras medium sudah turun ke kisaran Rp 6.000 per kilogram, sebelumnya Rp 7.000 per kilogram. "Mau lepas 50 ribu ton juga kami siap. Idealnya, OP dilakukan sampai harga beras normal," ucapnya. Menurut dia, harga beras yang normal berkisar Rp 5.500-5.600 per kilogram.
Ditemui dalam kesempatan yang sama, Direktur Budidaya Tanaman Serealia, P Dadih Permana, menambahkan, pihaknya akan mengumpulkan kepala Dinas Pertanian di seluruh Indonesia. Pertemuan tersebut untuk melakukan pemetaan dan mengetahui daerah yang defisit produksi beras. "Artinya harus memasok beras dari luar daerahnya. Daerah ini yang akan diakselarasi produksinya," ucapnya.