REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA-—Pergelaran Muktamar Pertama Partai Kebangkitan Nasional Ulama (PKNU) di Kapal Motor Penumpang (KMP) Lambelu milik PT Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni) resmi berakhir pukul 17.30, Selasa (14/12). Itu setelah rapat pleno muktamar mengakui hasil akhir bahwa KH Abdul Adhim Suhaimi terpilih sebagai Dewan Syura, dan Choirul Anam sebagai Ketua Umum Dewan Tanfidz PKNU periode 2010-2015.
Kedua orang tersebut akan mendapingi KH Abdullah Faqih, yang terlebih dulu ditetapkan sebagai Ketua Dewan Penasehat (Rois Mustasyar) PKNU. KMP Lambelu diperkirakan bersandar di Tanjung Priok, Rabu (15/12) pagi, setelah berlayar dari Tanjung Perak, Senin (13/12) sore.
“Abdul Adhim Suhaimi dan Choirul terpilih secara demokratis setelah memenangi pemungutan langsung yang memperebutkan 276 suara dari pengurus cabang (kabupaten/kota) dan wilayah (provinsi),” terang Ketua Panitia Muktamar PKNU, Muchtar Thahir saat dihubungi Republika, Selasa (14/12).
Muchtar mengatakan bahwa saat penjaringan calon Ketua Dewan Syura, terdapat dua calon yang maju bersaing, yakni KH Abdul Adhim dan Alwi Shihab. “Pak Alwi mundur sebab tak bersedia dicalonkan,” terang Ketua DPP PKNU tersebut.
Muchtar melanjutkan, dalam penjaringan calon Ketua Umum, terdapat enam calon yang yang memenuhi syarat untuk dipilih peserta Muktamar. Pada putaran pertama Choirul Anam mendapatkan lebih 200 suara. Saingan terdekatnya hanya mampu mendulang 35 suara. Setelah dipilih dua teratas untuk maju putaran kedua, calon peraih suara terbanyak kedua terkendala aturan bahwa minimal kandidat harus mendapatkan 20 persen alias 55 suara.
“Karena kandidat kedua tak memenuhi minimal dukungan suara 20 persen, otomatis Pak Choirul Anam yang menang. Pemilihannya sangat demokratis. Mekanisme suara terbanyak yang menang,” ujar Muchtar tanpa mau menyebut calon lain dalam pemilihan Ketua Umum PKNU.
Selanjutnya, kata Muchtar, Abdul Adhim dan Choirul Anam melalui rapat pleno akan ditambah lima orang lainnya mewakili DPW dan organisasi perempuan PKNU akan membentuk formatur yang bertugas menyusun kepengurusan DPP PKNU periode lima tahun ke depan. “Mekanismenya seperti itu,” kata Muchtar.
Pergelaran muktamar PKNU di atas KMP Lambelu milik PT PELNI mendapat penghargaan dan dicatat sebagai prestasi oleh Musium Rekor Dunia Indonesia (MURI).
Ketua Panitia Pengarah Muktamar PKNU Chudry Sitompul menjelaskan, muktamar di atas kapal bukan dimaksudkan untuk mencari sensasi, melainkan untuk mengingatkan bahwa Indonesia merupakan negara bahari.
Muchhtar mengakui biaya penyelenggaraan Muktamar di atas kapal cukup besar dan membuat repot panitia. Meski begitu, ia gembira terbosan yang dilakukannya mendapatkan penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (Muri) sebagai partai pertama yang mengadakan Muktamar di kapal laut.
“Biaya yang dikeluarkan sekitar Rp 1,2 miliar. Tapi, misi kami mulia untuk mengampanyekan agar masyarakat dan pemerintah cinta laut. Sehingga pembangunan ke depannya tak berwawasan daratan, melainkan bahari yang mengandung potensi luar biasa yang belum terkelola dengan baik,” kata Muchtar.
Terkait isu kepindahan mantan Sekjen Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Lukman Edy ke PKNU, Muchtar menyambut gembira jika hal itu benar terwujud. Pihaknya akan selalu membuka pintu kepada siapapun yang akan bergabung. “Tentu itu kabar baik jika Lukman Edy mau bergabung dengan PKNU. Tapi, dia tak ikut dalam Muktamar. Mungkin telat merapat sehingga ketinggalan tak bisa naik kapal,” jelasnya.