REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO--Seperti apakah Mesir saat ini? Jawaban bisa berbeda dari berbagai sudut pandang. Namun sebuah buku yang ditulis Mohammed Hassan yang berjudul "Alf Neela We Neela" yang terinspirasi dari dongeng 1001 malam memaparkan kondisi Mesir yang digambarkan menyedihkan .
"Saya diberitahu, seorang warga yang celaka, ketika matahari terbit anda terus-menerus dihina dan tidak pernah diperlakukan dengan baik," tulis Hassan memulai bukunya dengan meniru gaya Syahrazad, sang puteri saat mengawali kisahnya.
Judul buku Hasan "Alf Neela we Neela" pun plesetan dari nama Arab , "Alf Leila we Leila" yang diterjemahkan "Seribu dan Satu Malam". Sedangkan kata "neela" yang secara harafiah berarti nila atau biru indigo digunakan dalam bahasa prokem Mesir untuk menyebut kondisi menyedihkah, seperti situasi rakyat Mesir yang digambarkan di buku.
Dalam bukunya yang penuh dengan sikap sinis dan sarkastik, Hassan fokus pada masalah sehari-hari yang dialami warga Mesir. Mulai dari persoalan di tempat kerja, di rumah atau di tempat umum. Isu-isu tersebut kemudian disajikan dalam 40 esai yang dibalut bahasa sederhana.
"Buku ini coba melihat masalah yang dihadapi Mesir melalui sudut pandang warga Mesir bukan pejabat pemerintahan," papar Hassan seperti dikutip Alarabiya, awal pekan. "Saya tidak menawarkan solusi tapi saya coba untuk membuka jalan untuk menemukan solusinya."
Ditanya mengapa ia memilih judul yang mengadaptasi dari cerita Seribu Satu Malam, dia mengatakan tak bisa membayangkan apa yang terjadi di Mesir bila seorang Raja Schariar, tokoh populer dalam cerita 1001 Malam tidaklah muncul di abad 21. "Kita seolah menemukan jati diri dalam 'Alf Neela We Neela," kata Hassan yang menolak untuk mengungkapkan siapa Schahriar abad ke-21.
Popularitas buku bernada satir dan sakarstik dikalangan penulis dan warga Mesir melonjak drastis. Tren ini dinilai Hassan berakar dari kesulitan warga Mesir mencari solusi atas permasalahan yang dihadapinya.
"Lebih dari 80 juta jiwa hidup di Mesir dan di dalam masing-masing dari kita ada kisah satir," kata Hassan yang juga berencana merilis novel berjudul The Devil's Trio. "Masing-masing dari mereka memiliki sebuah cerita yang mencerminkan realitas sosial dan politik dunia Arab."