Ahad 19 Dec 2010 08:13 WIB

Berkarya, Seniman Muslim AS Bergeliat Runtuhkan Prasangka

Pengunjung menyaksikan pameran seni di galeri Pusat Kebudayaan Islami California Utara
Foto: New York Times
Pengunjung menyaksikan pameran seni di galeri Pusat Kebudayaan Islami California Utara

REPUBLIKA.CO.ID, OAKLAND, BAY AREA, AS--Ketika Wajahat Ali,  seorang pemuda Muslim Amerika sekaligus penulis drama dari Fremont, membutuhkan pemirsa untuk karyanya, ia pun memproduksi drama di sebuah restoran Pakistan yang sempit di East Bay dan menggunakan Facebook sebagai promosi.

Dramanya berjudul “The Domestic Crusaders” ditampilkan di Berkeley Repertory Theater pada 2005 dan menuju panggung Broadway. Kini, anggota keluarga Wajahat yang awalnya skeptis dengan keputusan Ali untuk mengejar karir sebagai penulis, melihat kekuatan besar pada profesinya.

Ali adalah salah satu dari seniman yang kian bertumbuh di Bay Area, yang berupaya memperbaiki citra salah satu identitas paling rumit di negara itu: Muslim Amerika. Pada masa Islam sangat dipolitisasi, banyak seniman Muslim mengatakan mereka berharap seni dapat memperluas pemahaman tentang keyakinan mereka di kalangan non muslim, sekaligus jembatan bagi tradisi Islam dan Amerika.

"Kita di titik di mana Islam benar-benar diartikan di negara ini, dan itu bisa dilakukan lewat seni," ujar Javed Ali, pendiri Illume, situs berita Muslim online sekaligus majalah seni dan budaya di Newark. Cakupan Illume adalah simpul-simpul pusat di jaringan Muslim Amerika Bay Area.

Sejumlah organisasi Islam di Bay Area, termasuk yang banyak diberitakan, Zaytuna College di Berkeley, telah melakukan perubahan gerakan lewat budaya. Pada Januari nanti, Pusat Kebudayaan Islam California Utara akan membuka galeri baru di pusat fasilitas untuk memamerkan karya-karya seniman Muslim.

Sementara, pusat kebudayaan di Oakland telah memutuskan meningkatkan program seni mereka sejak enam bulan lalu demikian tutur direktur eksekutif lembaga, Ali Sheikholeslami. Lembaga di Oakland ini secara rutin menyelenggarakan acara bertajuk "Islam dan Pengarang" yang mengundang para penulis untuk mendiskusikan topik-topik terkait Islam.

"Kita ingin memecah stereotip umum dan menampilkan spektrum utuh tentang realitas Muslim," ujar direktur pengembangan dan promosi pusat kebudayaan Oakland, Jason van Boom.

Salah satu cendikiawan Muslim di balik Zaytuna College, Hatem Bazian, institusi seni Muslim liberal pertama di negara ini, mengamini pemikiran itu. "Dalam masyarakat Amerika, ekspresi Seniman adalah cara untuk menuturkan cerita. Jadi Muslim mulai menggambarkan narasi mereka sendiri," ujarnya.

Bazian mengatakan campuran etnis dan sejumlah besar warga Amerika asli yang beralih ke islam dalam populasi Muslim di Bay Area telah menciptakan sinergi. 'Itu bisa dilihat dari bentuk-bentuk seni yang mendobrak batasan etnis," ujarnya. Populasi Muslim di Bay Area diperkirakan sebesar 250 ribu orang dan dianggap sebagai salah satu komunitas paling majemuk di AS.

Namun, upaya itu tak selalu mulus. Bagi seniman Muslim Amerika lokal yang karyanya dianggap 'radikal' oleh sebagian besar Muslim konservatif, bernarasi bukanlah hal mudah.

Sejumlah penonton meninggalkan ruang pertunjukan alias 'WO' pada sebuah pertunjukkan awal November lalu di U.C Berkeley. Saat itu pertunjukkan tengah menampilkan drama berjudul "Hijabi Monologue".

"Saya membutuhkan lebih banyak waktu dan energi untuk bernegosiasi dengan komunitas apakah musik itu haram atau tidak ketimbang isi cerita," ujar seorang warga asli AS yang beralih Muslim, Anas Canon. Wanita itu pun pendiri label rekaman dan pencari bakat seniman Muslim, Remarkable Current.

Salah satu kesulitan yang pernah ia hadapi yakni ketika Remarkable Current baru-baru ini menyelenggarakan acara penandatanganan buku dengan seorang DJ di Oakland. Debat pun langsung mencuat seputar wanita dan lelaki yang berpakaian hampir serupa dan berinteraksi dalam satu ruang bersama. Sebuah komentar berapi-api di Facebook bahkan mengecam acara tersebut telah menuai komentar panas dari Muslim di penjuru Bay Area.

Tidak dipungkiri, dalam kesadaran di tengah kontroversi, seperti proposal konstruksi pusat kebudayaan Muslim dekat ground zero, New York, beberapa karya seni dari Muslim generasi kedua diwarnai dengan rasa mendesak.

"Narasi kami telah dicuri," ujar Wajahat Ali. Ia mengacu pada penggambaran umum Muslim yang kerap ditampilkan media Amerika. Kecenderungan orang tua untuk mendorong anak-anak mereka memasuki profesi bergengsi seperti dokter, pengacara dan pengusaha, kata dia telah menurunkan semangat dan suara kreatif.

Namun palin tidak seniman Muslim Bay Area dengan cepat menciptakan narasi mereka sendiri. Drama karya Ali yang menggambarkan keluarga modern Pakistan-Amerika, kini menjadi fitur majalah sastra tersohor di negara itu, McSweeney.

Selama bertahun-tahun Ali menyebut seni lokal sebagai kekuatan 'laten' dengan degup jantung yang terus berdetak. Namun kini Ali mengatakan "ia mulai menari".

sumber : New York Times
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement