REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Komite Ekonomi Nasional (KEN) memperkirakan lambatnya penyerapan anggaran masih akan menjadi tantangan pada 2011. "Daya serap belanja pemerintah pusat dan daerah masih tetap menjadi ancaman terhadap kesinambungan pertumbuhan dan stabilitas ekonomi pada 2011," ungkap KEN dalam laporan Prospek Ekonomi Indonesia 2011 dipresentasikan di Jakarta, Senin (20/12).
Menurut KEN, APBN 2010 tampak memiliki niat yang besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Hal itu terlihat dari rasio defisit APBN terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang mencapai 2,1 persen. Defisit direncanakan sebesar itu karena didorong rencana pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui berbagai proyek pembangunan.
Namun rendahnya realisasi anggaran menyebabkan kontribusi pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi menjadi relatif rendah. Dalam tiga triwulan pertama 2010, pertumbuhan konsumsi pemerintah baru mencapai minus 4,6 persen. Hal ini perlu diperhatikan dan diperbaiki di masa mendatang.
Menurut KEN, selain daya serap anggaran, pekerjaan rumah yang masih tertunda selama beberapa tahun ini antara lain keterbatasan penyediaan infrastruktur, dan pengendalian pembengkakan subsidi energi.
Tantangan lain di 2011 antara lain kemungkinan terjadinya gelembung nilai aset dan inflasi karena kurangnya daya serap ekonomi nasional terhadap masuknya modal asing, risiko terhentinya arus modal masuk bahkan penarikan kembali dalam jumlah besar.
"Kami menatap 2011 dengan optimis, namun tidak mengesampingkan risiko-risiko yang mungkin terjadi dan antisipasi yang perlu dilakukan," kata Ketua KEN, Chaerul Tanjung.