REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK—Pimpinan terbaru yang segera menjabat di Komite Rumah Homeland Security mengatakan akan melakukan dengar pendapat tentang "radikalisasi" di komunitas Muslim Amerika.
Dalam tajuk opini di Newsday, politisi dari Partai Republik, Peter King, itu mengatakan gelar dengar pendapat sangat krusial karena Alqaidah saat ini merekrut para Muslim yang telah tinggal secara legal di AS. Ia memandang Alqaidah telah berhasil sejuh ini melakukan akvitas di bawah radar pemantauan anti-teror.
Dalam wawancara telepon dengan AP, 19 Desember, tokoh Republik dari Long Island itu mengatakan komunitas Muslim tidak bekerja sama dengan aparat penegak hukum di manapun mereka seharusnya bersikap. "Dengan aksi Alqaidah yang mencoba merekrut anggota, maka penting bagi komunitas muslim untuk bekerja sama," ujar King
Jurubicara Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR) cabang Washington D.C, mengatakan cemas bila acara dengar pendapat King akan menjadi 'acara perburuan anti-Muslim'."Kami prihatin bahwa itu akan menjurus seperti tipe baru acara dengar pendapat ala McCarthy," ujar si jubir, Ibrahim Hooper
McCarthyisme adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan penuduhan aksi subversi tanpa bukti jelas. Istilah ini muncul pada periode akhir 1940-an ketika AS dilanda kecemasan terhadap pengaruh komunis sekaligus kritik terhadap sikap anti-komunis kelewat batas dari Senator AS, Joseph McCarthy.
Hooper berkata anggota komunitas Muslim telah terbukti beberapa kali membantu menggagalkan beberapa plot teroris terkini dan bekerja sama dengan penegak hukum. Ia juga mempertanyakan pernyataan King menyangkut keluhan aparat hukum atas kurangnya kerjasama dari pemimpin Muslim.
"Petugas yang mana itu?" tanya Hooper. "Sebut pula nama-nama pemimpin yang tak mau bekerja sama," lanjutnya.
King juga berkata dalam Newsday bahwa sebelum serangan teroris 2001, ia memiliki hubugan dekat dengan komunitas Muslim. "Saya mengunjungi Pusat Islami Long Island (ICLI) di Westbury secara rutin, ditamui oleh pemimpin Muslim lokal, menerima mahasiswa Muslim magang di kantor saya dan juga mengadvokasi posisi Pakistan dalam sengketa Kashmir dengan India," ujarnya.
Namun setelah serangan King mengatakan ia dibuat marah oleh pernyataan beberapa Muslim yang bersikeras tidak ada bukti bahwa Alqaidah bertanggung jawab atas serangan. "Bahkan mereka berkata itu bisa jadi CIA, FBI atau Zionist!" ujarnya.
Pimpinan ICLI, Habeeb Ahmed, mengonfirmasi pengakuan King yang dulu pengunjung tetap di lembaga itu. "Saat itu ia begitu dekat dengan komunitas Muslim," ujar Ahmed. "Namun ia tak pernah menjelaskan pada kami mengapa ia menjauh," imbuhnya.
Ahmed berharap bila King benar-benar melaksanakan dengar pendapat, ia harus mengundang Muslim untuk berpartisipasi. "Bukan hanya pakar dan pengamat Muslim yang memiliki agenda mereka sendiri," ujarnya.
King, 66 tahun, tengah menunggu giliran memimpin Komite Homeland Security ketika Partai Republik berhasil mengambil alih Kongres. Ia berjanji melakukan apa pun yang ia mampu 'untuk memecah dinding politik kebenaran dan mengajak publik melakukan debat tentang radikalisasi Islam.
Ia juga mengaku telah menyimpan nama sejumlah imam yang menginstruksikan para jamaah masjidnya untuk tidak bekerja sama dengan penegak hukum dalam penyelidikan rekrutmen pemuda Islam sebagai calon pengebom bunuh diri.