REPUBLIKA.CO.ID,DUBAI--Ranomi Kromowidjojo, perenang Belanda keturunan Jawa, meraih medali emas ketiga pada hari terakhir Kejuaraan Dunia renang jarak dekat di Dubai. Setelah menang pada gaya bebas 100 meter dan 4 kali 100 meter, pada jarak 50 meter dia juga mengungguli semua orang.
Dalam waktu 23,37 detik ia mencapai garis finish lebih cepat dari Marleen Veldhuis (23,25), perenang dari Belanda juga. Hinkelien Schreuder, perenang Belanda lain, meraih medali perak. Ia mencapai garis finish dalam 23,81 detik.
Ranomi kelahiran Groningen 20 Agustus 1990 menyandang nama belakang Jawa, karena nenek moyangnya memang berasal dari Jawa yang pergi ke Suriname sebagai pekerja perkebuman di akhir abad 19. Sedangkan ayahnya lahir di Suriname. Ia datang ke Belanda ketika Suriname merdeka tahun 1975. Ranomi tinggal di Sauwerd Belanda Utara. Mengenal air mulai baby "Sejak masih bayi, saya sering diajak berenang oleh nenek."
Namanya mulai melejit tahun 2005 ketika dia meraih medali perunggu 50 meter gaya bebas pada kejuaraan Junior Eropa. Setahun kemudian ia menyambar medali perak pada Gaya Bebas dan perunggu untuk 50 meter gaya Kupu-kupu. Ranomi mengaku bahwa sukses tidak datang dengan sendirinya. "Sejak kanak-kanak sering ikut perlombaan lokal. Dan sukses di kancah senior muncul tahun 2006 di kejuaraan Eropa di Boedapest." Di ibukota Hongaria itu dia meraih perak di estafet 4x100m Gaya Bebas bersama Marleen Veldhuis, Inge Dekker dan Chantal Groot.
Rendah Hati
Namanya mulai mendunia sejak Kromowidjojo untuk pertama kali tampil di Kejuaraan Dunia di Melbourne Australia. Tim estafetnya meraih perunggu di 4x100 Bebas. Di samping itu dia juga mempertajam rekor pribadinya 100 Bebas ke 55,33 detik. "Sebuah impian yang menjadi kenyataan," ujarnya gembira.
Walaupun prestasinya menakjubkan, namun gadis ini tetap saja bertutur rendah hati, "Pada kejuraan dunia itu saya masih jauh di bawah perenang peringkat atas dunia. Saya masih harus terus berlatih keras. Tetap tenang dan menjalani kehidupan sehari-hari, dan tentu saja harus juga ada target."
Perenang keturunan Jawa ini juga dikenal sangat ramah, senyumnya sumringah dan selalu siap berbagi tandatangan pada fans yang kerap mengerubun. Gadis penuh talenta ini juga masih sekolah HAVO 5 setingkat SMA kelas 3. Sehubungan dengan kesibukannya sebagai atlit maka Ranomi sekolah di LOOT, sekolah khusus yang mengkombinasikan sekolah dengan olah raga untuk atlit-atlit berbakat.
Emas di Beijing
Setelah sukses menyumbangkan emas pada cabang estafet Gaya Bebas 4 x 100 m di Olimpiade Beijing 2008. Bersama Inge Dekker, Femke Heemskerk dan Marleen Veldhuis, Ranomi mencatat waktu tercepat dan memecahkan rekor dunia 3.33,76.
Prestasi yang luar biasa, karena ketika itu Ranomi masih dipandang terlalu muda dan Beijing merupakan perkenalan dengan panggung Olimpiade.
Sebelumnya Ranomi juga memecahkan rekor pada kejuaraan di Eindhoven awal Desember 2007 untuk 50 meter gaya bebas. Ia sekaligus menumbangkan rekor nasional Belanda, untuk kategori U17. Ia menyadari bahwa karir renangnya masih panjang. Orang menduga ia akan kembali menoreh sejarah pada Olimpiade London 2012 nanti.
"Untuk cabang perorangan aku bermimpi untuk meraih emas di Olimpiade. Tapi sebenarnya bukan di Beijing, karena itu masih terlalu cepat. Di Cina mungkin bisa dengan estafet. Cabang perorangan saya ingin meraih sukses di Olimpiade 2012 di London. Saya akan coba."
Grafik prestasi Ranomi memang terus meningkat. Seiring prestasinya ini, Ranomi juga mulai jadi perhatian dunia, banyak pihak mengaku sebagai "pemiliknya" Groningen, Belanda, Suriname dan Jawa. Yang pasti di Belanda sudah tidak ada yang memungkiri bakatnya.