Rabu 22 Dec 2010 00:00 WIB

Bidik Islam, Gerakan Anti-Islam Eropa Gandeng Israel

Geert Wilders
Foto: >
Geert Wilders

REPUBLIKA.CO.ID,PARIS–Partai-partai politik berhaluan kanan jauh di Eropa meningkatkan kampanye anti-Islam mereka dengan menggandeng Israel. Mereka mengunjungi Israel untuk mendukung Negara Zionis tersebut sebagai benteng melawan Islam.

Awal bulan ini, Geert Wilders, pemimpin partai populis kanan jauh Belanda yang tergabung dalam koalisi pemerintah, mengunjungi Israel dan mendukung pemukiman Yahudi di tepi Barat. Ia mengatakan warga Palestina Tepi Barat harus menyingkir ke Yordania.

Pada saat bersamaan, teman-teman Eropa Wilders yang berpandangan sama dari Jerman, Austria, Belgia, Swiss, serta para aktifis sayap kanan lainnya juga melakukan kunjungan sendiri-sendiri ke Israel. ‘’Kebudayaan kami berakar dari Kristen, Yahudi, dan humanisme dan Israel memperjuangkan apa yang kami perjuangkan,’’ kata Wilders. ‘’Jika Jerusalem jatuh, Amsterdam dan New York selanjutnya.’’

Kunjungan para aktifis kanan jauh ini oleh para pengamat dipandang sebagai sebuah bentuk baru dari gerakan kanan jauh (new far right). Gerakan ini berbeda dari gerakan lama yang berpandangan antisemit dan kerap mendukung negara-negara Arab melawan Israel.

Dengan mengklaim dukungan dari Israel, mereka berpeluang melawan opini Muslim di negara mereka, karena Muslim Eropa adalah pro-Palestina. ‘’Bukan kewajiban Israel untuk mewujudkan negara Palestina,’’ kata Wilders dalam pidato di Tel Aviv. ‘’Sudah ada negara Palestina, yakni Yordania.’’

Sementara itu, para aktivis kanan jauh Eropa lainnya mendeklarasikan ‘Deklarasi Jerusalem’ dalam kunjungan ke Israel. Deklarasi ini mendukung keberadaan Israel dan hak untuk membela diri melawan agresi, terutama dari para pejuang Islam.

Deklarasi ini dikumandangkan pemimpin Partai Kebebasan Austria, Heinz Christian Strache, Ketua Partai Kebebasan Jerman Rene Stadtkewitz, Kent Ekeroth dan Filip Dewinter dari Partai Demokrat Swedia, serta pemimpin Partai Vlaams Belang Belgia. Namun, mereka membantah membakar Islamofobia melalui pernyataan ini. ‘’Konflik Arab-Israel menggambarkan konflik antara kebudayaan Barat dan Islam radikal,’’ kata Dewinter di Tel Aviv.

Dalam sebuah konferensi di Asketon, kota yang sempat dihajar roket dari Jalur Gaza, Strache mengatakan Israel menghadapi ancaman teror Islam yang mengarah tepat pada jantung masyarakat Barat.

Harian Israel, Haaretz, mengatakan para aktivis ini mengunjungi Israel demi mencari dukungan untuk membawa mereka lebih dekat pada kekuasaan politik.

 

 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement