REPUBLIKA.CO.ID,AMSTERDAM-Geert Wilders, pemimpin partai berhaluan kanan jauh Belanda yang anti-Islam, mengaku sedang membangun sebuah ‘aliansi kebebasan internasional’ yang menghubungkan kelompok-kelompok aktivis akar rumput dalam kampanye melawan Islam.
Salah satunya adalah kelompok pimpinan Oskar Freysinger yang berada di belakang pelarangan menara masjid di Swiss. Dalam pertemuan kelompok-kelompok kanan jauh di Paris Sabtu lalu, Freysinger memperingatkan gerakan Islamisasi di Eropa yang akan mengubah tatanan demografi, sosiologi, dan psikologi. Aktifis Jerman dan Belgia juga berbicara dalam pertemuan itu.
Meski menggalang koalisi anti-Muslim di seluruh dunia, ujar Wilders kepada Reuters di Amsterdam pekan lalu, dirinya tak ingin bekerja sama dengan beberapa partai kanan jauh seperti Front Nasional di Prancis dan Partai Nasional di Inggris. ‘’Mereka partai rasis buta. Saya tak peduli dan tak ingin bekerja sama dengan mereka,’’ katanya.
Pemimpin Partai Front Nasional Prancis, Marine Le Pen, baru-baru ini mengejutkan para elite politik Prancis dengan membandingkan jamaah masjid yang membludak ke jalanan --pemandangan yang biasa ditemukan pada bulan Ramdhan-- dengan okupasi Nazi pada Perang Dunia II.
Ia mendesak agar distop pemberian subsidi bagi pembangunan masjid. Sebelumnya, sejumlah politisi dan tokoh Muslim mengatakan Muslim kerap sholat di jalan karena masjid tak lagi mampu menampung, dan mendesak pembangunan masjid.
Kampanye yang menargetkan Muslim semakin mendapat tempat di Eropa. Loncatan mereka ditandai dengan diberlakukannya pelarangan menara masjid di Swiss tahun lalu serta dilarangnya penggunaan penutup wajah di tempat-tempat publik di Prancis mulai tahun depan, dua peraturan yang menurut Wilders harus ditiru Belanda tahun depan.
Kampanye anti-Islam ini meluas --dari sekadar gerakan antiimigran-- di tengah-tengah kekhawatiran populasi asli Eropa yang menua akan kedulatan dan identitas negaranya. Pengamat politik Prancis, Dominique Reynie, mengatakan krisis finansial turut mendorong banyak orang untuk menerima sikap partai-partai kanan jauh. ‘’Masyarakat menolak apa yang mereka sebut sebagai perubahan kebudayaan dan agama di lingkungan mereka,’’ ujar Reynie. ‘’Kondisi ini dipandang muncul karena hadirnya masjid-masjid, burqa, dan sertifikasi makanan halal.’’
Sejumlah aktivis kanan jauh Eropa juga melihat trend yang sama di AS. Wilders, misalnya, hadir pada peringatan tragedi 11 September di New York untuk memprotes pembangunan masjid di dekat Ground Zero. Sementara Heinz Christian Strache mengatakan ingin mengunjungi AS untuk bertemu pemimpin Partai Teh (Tea Party).