Senin 27 Dec 2010 18:07 WIB
Kontroversi ACT! For America (I)

Pendidik Masyarakat atau Pengobar Kebencian Islam?

Bruce Lipsky-Parvez Ahmed berbicara di depan media setelah dewan kota menyetujui penunjukkannya sebagai anggota Komisi Hak Asasi Jacksonville, April lalu. ACT For Amerika mengklaim ia memiliki hubungan dengan teroris terlepas jejak tulisan Ahmed selalu men
Foto: Jacksonville.com
Bruce Lipsky-Parvez Ahmed berbicara di depan media setelah dewan kota menyetujui penunjukkannya sebagai anggota Komisi Hak Asasi Jacksonville, April lalu. ACT For Amerika mengklaim ia memiliki hubungan dengan teroris terlepas jejak tulisan Ahmed selalu men

REPUBLIKA.CO.ID, JACKSONVILLE, FLORIDA--Sebuah organisasi yang menyebut dirinya pendidik warga yang peduli dan prihatin serta pembuka fakta ancaman dari teroris radikal Islam mulai menyerang ulama Muslim lokal tahun ini.  Meski pada akhirnya sikap itu dilihat sebagai aksi sendiri kelompok pinggiran, tak menyurutkan langkah organisasi.

Selama setahun terakhir, ACT! for America, nama organisasi tersebut telah terlibat dalam gerakan berapi-api di penjuru Amerika Serikat (AS). Mereka bahkan berhasil meningkatkan status lembaga, keanggotaan dan pendapatan.

Salah satu sikap terbaru mereka muncul dari perwakilan mereka di Jacksonville, Florida Utara, yang menentang penunjukkan guru besar University of North Florida, Parvez Ahmed, sebagai pemimpin Komisi Hak Asasi Manusia. ACT menuding ia memiliki kaitan dengan organisasi teroris, terlepas dari pengakuan berbagai pihak serta tulisan sang profesor yang mengutuk kekerasan dan terorisme

Episode terbaru tadi menjadi salah satu alasan peningkatan kritik terhadap lembaga tersebut. Kritikus mengatakan grup justru mempromosikan informasi selip di kalangan warga Amerika yang sebagian besar masih buta terhadap Islam. Hal terburuk, ACT mengeksploitasi ketakutan terbesar orang-orang untuk mengobarkan fanatisme dan kebencian terhadap Muslim.

Para kritikus, termasuk dari kalangan aktivis hak sipil Muslim, begitu juga ulama bahkan Southern Poverty Law Center, semua mengatakan kelompok tersebut mencemarkan seluruh Muslim, bukan hanya ekstrimis. Namun, terlepas kontroversi tersebut, ACT semakin mendapat lebih dan lebih banyak telinga di publik, dan di beberapa kasus terpilih sebagai pejabat berpengaruh.

Kini organisasi tersebut memiliki pelobi penuh di Washington dan mengklaim memiliki 155 ribu anggota nasional pada akhir tahun ini. Di Florida saja, keanggotaan grup telah mencapai dua kali lipat sejak 2009, menjadi 19.233 anggota ujar direktur eksekutif nasional ACT, Guy Rodgers.

Agenda Padat

Apa sajakah yang telah dilakukan oleh ACT! selama ini. Berikut beberapa 'keberhasilan' yang telah mereka capai.

Membuka inisiatif pemungutan suara dalam rancangan undang-undang  yang melarang persidangan di Oklahoma untuk mempertimbangkan "hukum internasional atau hukum Syariah' dalam pengambilan keputusan

Investigasi dan penskorsingan Uni Mahasiswa Muslim di Universitas California-Irvine, karena menyela pidato duta besar Israel untuk AS.

Memprotes pembatalan sebuah kuliah berjudul "Apakah itu Islam?" di kampus komunitas Oregon yang dalam rencana bakal disampaikan oleh salah satu pemimpin Islam lokal

Bersama, ACT! For Amerika berbasis di Pensacola dan salah satu grup riset yang menjadi afiliasinya, American Congress for Truth (Kongres Amerika untuk Kebenaran), menggalang dana hingga 1,6 juta dolar pada 2009, demikian menurut laporan pajak terkini. Dalam penggalangan dana itu Rodgers memanfaatkan animo masyarakat yang meningkat terhadap terrorisme dari militan Islam dalam dua tahun terakhir.

"Lebih dan lebih banyak warga Amerika mulai pada kesadaran bertanya, apa yang menyebabkan ini semua," ujarnya.

Politik Pengkoreksian

ACT prihatin dengan pemerintah yang dianggap tidak melakukan penyelidikan menyeluruh di tempat-tempat seluruh Amerika di mana dianggap berpotensi menjadi tempat pembibitan militan Islam. Mereka meyakini situs-situs jihadis memiliki kamp- kamp yang menyediakan latihan militer untuk teroris.

Apa yang menyebabkan ACT meyakini pemerintah tidak sewaspada yang seharusnya? "Politik pengkoreksian, itulah mengapa," ujar Rodgers. "Kami meyakini itulah yang membuat lemah banyak orang di pemerintahan sehingga tidak mengangkat isu itu di atas kepala," imbuhnya.

Alasan itu pula, tuding ACT, yang menjadikan Ahmed ditunjuk sebagai anggota dewan sukarela untuk Komisi HAM Jaksonville. Ahmed adalah mantan pimpinan dewan nasional untuk lembaga Islam ternama, Dewan Hubungan Islam Amerika (CAIR).

ACT mengklaim CAIR adalah garis depan Hamas--organisasi militan Palestina yang telah dinyatakan sebagai grup teroris oleh pemerintah AS. Pada tahun 2007, ACT bahkan menjuluki CAIR sebagai kawan konspirator lolos dakwaan dalam sidang pendanaan terorisme. Pada tahun itu AS menggelar sejumlah sidang dan menutup sejumlah yayasan amal Islam karena dituduh menyalurkan dana bantuan ke Hamas Palestina.

Namun, faktanya CAIR memang tak pernah didakwa dianggap melanggar hukum oleh pemerintah. Padahal Ahmed, secara pribadi pun mengecam kekerasan baik terhadap rakyat sipil Palestina maupun Israel dan dikenal reputasinya secara luas.

Dalam berbagai postingan blog dan tajuk rencana untuk The Times-Union serta media nasional lain, Ahmed dengan lantang selalu menolak pandangan kekerasan. Ia pun berulang kali menulis bagaimana berbagai agama dapat hidup berdampingan bersama secara damai.

Dan meski hanya kurang dari sepertiga dari Dewan Kota yang menentang penunjukkannya  sebagai anggota Komisi HAM, Ia menemukan banyak pendukung di kalangan politisi, pemimpin bisnis dan warga yang berpotensi mewarnai Jaksonville sebagai tempat tanpa toleransi. (bersambung)

sumber : The Florida Times-Union
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement