REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR--Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menargetkan retreat bidang ekonomi di Istana Bogor, Kamis (30/12) ini untuk menghasilkan sebuah master plan peningkatan dan perluasan ekonomi Indonesia untuk jangka waktu 10 tahun mendatang. Terutama, untuk 4-5 tahun mendatang yang menjadi masa bakti kabinet Indonesia bersatu II.
"Kita sudah punya dokumen strategis RPJP, RPJM, RKP APBN, yang ingin kita susun sesungguhnya satu rencana yang lebih konkret gitu. Agendanya jelas, sasaran jelas, tag linenya jelas siapa berbuat apa jelas, kalau itu menyangkut investasi investasinya jelas dan seterusnya," katanya saat memberikan sambutan di hadapan para menteri dan pejabat bidang ekonomi.
Hal itu ditekankan Presiden karena ia menganggap pemerintah perlu merumuskan rencana yang lebih definitif. Bahkan, Presiden pun kemudian membandingkan berbagai rencana ekonomi dari negara-negara lain. "Saya mengkaji dan membandingkan dokumen serupa yang dilakukan oleh pemerintah negara sahabat, karena jalan untuk mencapai pertumbuhan tinggi dan PDB yang kuat dan income perkapita yang juga tinggi itu berbeda-beda satu negara dengan negara lain," tuturnya.
Negara pertama yang menjadi contoh yakni Tiongkok. Ketika mendiang Deng Xio Ping melaksanakan reformasi di 1978 dan dilanjutkan pemimpin Tiongkok berikuitnya. Saat itu, menurut SBY, Tiongkok berubah menjadi ekonomi raksasa dunia. Kebijakan yang ditempuh, menurutnya, adalah membangun spesial economic zone yang ternyata menjadi model pembangunan ekonomi Tiongkok.
Kemudian, tambah dia, Korea selatan yang menjadi negara maju, karena dahulu mengembangkan perusahaan-perusahaan besar sebagai pilar dan akhirnya membawa keseluruhan perekonomian Korea Selatan semakin kompetitif. Bahkan, ujar dia, kemudian teknologi dan industrialisasinya bisa dikembangkan dengan baik.
Negara lain yang dijadikan contoh SBY adalah Singapura. "Negara yang lebih kecil dari segi size itu menjadikan hubungan (sentra penghubung) untuk trade financing," katanya.
Lantas India, katanya, yang mengutamakan teknologi terutama teknologi informasi di samping sektor andalan yang lain. Terakhir, SBY mengaku, dirinya baru saja mempelajari dokumen straegis Malaysia, dibawah PM Najib Malaysia. Negeri Jiran itu, katanya, memilih mengembangkan sektor unggulan meskipun mereka sebenarnya memiliki rencana yang definitif.