REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Masyarakat Yogyakarta akan menggelar kirab budaya untuk mengingatkan pemerintah, khususnya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, tentang sejarah keistimewaan daerahnya.
Dalam kirab yang digelar pada 4 Januari mendatang itu, puluhan elemen masyarakat bersama ribuan masyarakat juga mengukuhkan Yogyakarta Kota Republik yang menggambarkan keistimewaan Yogyakarta saat menyelamatkan Republik Indonesia (RI) dari invasi pemerintah Belanda tahun 1946.
Koordinator panitia kirab, Widihasto, mengatakan tanggal 4 Januari 1949 Presiden Soekarno dan wakilnya Mohammad Hatta bersama rombongan hijrah ke Yogyakarta karena invasi pemerintah Belanda yang tak mengakui kemerdekaan RI. "Itu atas penawaran Raja Kraton Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan atas penawaran Beliau juga akhirnya 27 Desember 1949 ibukota Indonesia pindah dari Jakarta ke Indonesia.’’
Sultan HB IX dan Pakualam VIII, lanjutnya, dengan berbagai pemikiran, penawaran dan pengorbanannya, telah berhasil memberikan rasa aman dan nyaman pada Indonesia hingga bangsa ini bisa menjadi besar hingga saat ini. "Ini yang nampaknya dilupakan pemerintah. Karenanya tugas kita untuk mengingatkan kembali," tandasnya.
Kirab ini akan diawali dari Stasiun Tugu Yogyakarta, tempat pertama kali kedatangani Presiden Soekarno dan Mohammad Hatta di Yogyakarta saat hijrah 1949. Kirab akan melewati Malioboro dan finish di Pagelaran Kraton Yogyakarta.