Jumat 31 Dec 2010 07:56 WIB

Ilham Habibie: Islam Berpeluang Kembangkan Sains dan Teknologi

Rep: Nashih Nashrullah/ Red: Krisman Purwoko
Ilham Habibie
Ilham Habibie

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA-Islam mempunyai peluang untuk mengembangkan sains dan teknologi sebab Islam menekankan kebebasan berpikir. Menurut Ketua Presidium Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia se-Indonesia (ICMI), Ilham A Habibie, kemajuan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terletak pada kebebasan berpikir. “Tetapi, kebebasan berpikir yang mempunyai koridor dan batasan syariat,” kata dia dalam seminar “Aktualisasi Nilai-nilai Keimanan dalam Ajaran Islam di Dunia Sains dan Teknologi”, di Jakarta, Kamis (30/12)

Ilham menjelaskan maksud dari kebebabasan berpikir, ''Alam semesta yang berada di sekitar manusia adalah modal dan dasar penting untuk memahami ciptaan Allah. Mengerti ciptaan tersebut mestinya akan mengetahui sifat Allah dan mendekatkan diri kepada-Nya. Sebab itu, pengunggunaan berpikir dalam Islam bertujuan untuk menguatkan bukti-bukti tentang hakikat Allah.''

Hanya saja, kata Ilham, minat umat Islam mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi masih lemah. Usaha mendasar yang bisa ditempuh umat Islam untuk mengembalikan kejayaan di bidang iptek adalah memperbaiki lembaga pendidikan. Nilai-nilai kebebasan berpikir dan seruan Islam untuk menginterpretasi penciptaan Tuhan harus dijadikan kerangka dalam dunia pendidikan Islam.

Selain itu, ungkap Ilham, langkah berikutnya yang harus ditempuh umat Islam yaitu aktif dan produktif serta berkonstribusi terhadap kesejahteraan dan kemanjuan dunia secara luas. Dengan itu, nilai-nilai universal Islam melalui produk-produk dalam bentuk sains dan teknologi dapat disadari dan dinikmati oleh peradaban dunia global.

Inilah, kata Ilham, solusi menciptakan kembali iptek di dunia Islam. Umat Islam harus mempunyai orientasi membangkitkan peradaban ke depan. “Jangan terus membayangkan kemajuan peradaban di masa silam, tapi bagaimana membangkitkan kembali prestasi tersebut di masa mendatang,” kata Ilham.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement