REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Bocoran kawat diplomatik milik Kedubes Amerika Serikat di Irak menguatkan dugaan bahwa keterlibatan AS dalam Perang Teluk I dan II semata-mata karena mempertahankan pasokan minyak.
Dalam dokumen WikiLeaks bernomor 90BAGHDAD4237 yang dibuat tanggal 25 Juli 1990, mantan presiden Irak, Saddam Hussein, bertemu empat mata dengan Dubes AS di Irak.
Dalam pertemuan itu, Irak menegaskan mereka ingin bersahabat dengan AS, namun AS justru menyampuri urusan dalam negeri Irak dengan Kuwait.
"Kami mengerti kalau Pemerintah AS sangat berkepentingan terhadap pasokan minyak yang mengalir dari Timur Tengah ke Teluk. Dan Pemerintah AS juga ingin menjaga kemitraannya dengan negara-negara Teluk," kata Saddam dalam pertemuan itu, seperti dikutip WikiLeaks.
"Namun yang tidak kami mengerti adalah mengapa Pemerintah AS justru 'mengompori' konflik Teluk ini dengan menyokong negara-negara yang berlainan pandangan dengan Irak?" kata Saddam.
"Kami, warga Irak, percaya kalau AS ingin kondisi damai di Teluk. Ini sikap yang bagus. Tapi tolong jangan menggunakan cara-cara yang bertolak belakang," katanya lagi. Ia menambahkan, warga Irak tahu betapa persenjataan AS sangat modern. "AS punya teknologi yang bisa mengirim pesawat dan roket yang menyengsarakan warga Irak," katanya.
"Tapi meski demikian, kami tidak menganggap AS sebagai musuh. Kami tetap mencoba untuk berteman dengan AS," katanya.
Saddam menegaskan, Irak tidak meminta Pemerintah AS untuk ambil peranan menyelesaikan konflik internal di Timur Tengah. Saddam mengatakan, solusi konflik Timteng harus dimunculkan oleh warga Arab dan diplomasi bilateral.