REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --- Hasil penelitian yang dilakukan Pusat Intelegensia Kesehatan (PIK) Kementerian Kesehatan pada 3.000 responden di seluruh Indonesia belum lama ini menemukan bahwa 80 persen dari seluruh respoden berpotensi berpikir negatif.
"80 persen dari responden yang kita teliti memiliki potensi untuk berpikir negatif," tutur Kepala Sub Bidang Pemeliharaan dan Peningkatan Kemampuan Intelegensia Anak,Kementrian Kesehatan, Gunawan Bambang, Jumat (7/1).
Responden berasal dari beberapa latar belakang usia, anak-anak hingga dewasa. Ia memaparkan banyaknya responden yang berpotensi berpikir negatif karena terhambatnya perkembangan penglihatan, gerak dan mendengar.
Dalam penelitian itu juga ditemukan bahwa tidak adanya komunikasi yang baik dengan orang lain.Hal ini karena mereka tidak mengenali diri sendiri sehingga tidak bisa mengenali orang lain, jelas Gunawan.
Penyebab tidak selesainya stimulasi sistem motorik ini dipengaruhi oleh berbagai faktor. Diantaranya faktor pendidikan, gizi atau nutrisi dan juga faktor stimulasi dari luar. Akibat kurangnya nutrisi dan stimulasi sistem motorik, dijelaskan, menghambat perkembangan otak depan yang digunakan untuk menganalisa dan mengambil keputusan.
Bahkan di sebuah provinsi di Sumatera (tidak bisa disebutkan tepatnya) penelitian yang dilakukan pada 100 anak dari tingkat sekolah dasar hingga sekolah menengah atas ditemukan bahwa 50 persennya terhambat dalam perkembangan penglihatan,gerak dan pendengaran.