REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Bermunculan nama calon presiden (capres) tahun 2014 mengundang perhatian Pakar Komunikasi Politik Universitas Indoneisa (UI), Effendy Ghazali. Menurut dia, dalam teori komunikasi politik fenomena ini dianggap sebagai bentuk ketidaknyamanan masyarakat terhadap kinerja Presiden saat ini.
"Dari teori gampang, orang sedang tidak menikmati presiden yang sekarang. Jadi kalau lagi menikmati presiden yang sekarang karena dia efektif, efesien misalnya, orang tidak kepikir, belum dinikmati dulu. Ini baru awal dan satu tahun kok sudah kepikiran yang baru, berarti presiden sekarang tidak dinikmati dan tidak efektif, tidak mengerjakan hal-hal penting bagi rakyat," kata dia kepada Republika di Gedung PP Muhammadiyah, Jakarta, Senin (10/1)
Selain itu, ungkap Ghazali, fenomena kemunculan nama capres merupakan pertanda kuat setgab partai koalisi tidak lagi solid. Sebab, kalaupun solid mestinya mereka mempunyai strategi untuk memunculkan nama-nama tersebut sekalipun didesak wartawan. "Mestinya ada strategi seperti nanti sajalah lah di tahun 2013, karena nggak solid akibatnya mereka SDM alias selamatkan diri masing-masing," ketus dia.
Ghazali melanjutkan, di samping itu pula memang ada kemungkinan wacana ini sengaja digulirkan oleh sejumlah kelompok untuk menguji akseptabilitas masyarakat terhadap salah satu calon. "Ada orang yang butuh beberapa nama diangkat ya untuk test case dan pemanasan," pungkas dia.