Rabu 12 Jan 2011 01:01 WIB

Sering Bencana Alam, Indonesia Butuh Pemimpin Berintegritas

Rep: Agung Sasongko/ Red: Stevy Maradona
Deklarasi Gerakan Integritas Nasional
Foto: Republika
Deklarasi Gerakan Integritas Nasional

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Bencana alam dan politik seperti Merapi meletus, banjir bandang Wasior, dan kasus Gayus Tambunan membutuhkan kepemimpinan yang memiliki integritas tinggi. Ukuran interitas yang dimaksud adalah kualitas, kondisi, keadaan, konsep, nilai yang digunakan pemimpin sebagai konsep dasar dan makna praktis.

"Integritas dapat dipandang sebagai sokoguru yang selalu kokoh menghadapi apapun dan sanggup menyelesaikan persoalan meski tidak mengesampingkan segala hal tidaklah sempurna," papar Nathan Setiabudi, Mantan Ketua Persekutuan Gereja-gereja Indonesia (PGI, yang juga sekretaris Gerakan Integritas Nasional (GIN) ketika berbicara dalam diskusi kebangsaan dan Peluncuran GIN yang berlangsung di Gedung Stovia, Museum Kebangkitan Nasional, Jakarta (11/1).

Menurut dia, ketika integritas menjadi retak adalah tugas semua pihak yang berkomitmen moral untuk mengkontruksi kembali integritas itu dimana retak. "Dalam kaitan ini, kepemimpinan adalah komitmen moral untuk menjaga integritas pada semua level dan fase dalam kehidupan bersama," paparnya.

Dia mencontohkan, bencana alam dan politik menguji integritas serta membutuhkan kepemimpinan yang mampu membuat kebijakan yang tepat mengenai keseimbangan strategis di antara kesejahteraan, keadilan sosial dan keberlangsungan kebijakan yang berintegritas pro rakyat."Kondisi yang ada justru mengalihkan masalah ke masalah yang lain," imbuhnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement