REPUBLIKA.CO.ID, JEDAH--Putra mahkota Sultan, Deputi utama dan menteri pertahanan dan penerbangan, meletakkan batu pertama untuk proyek Bandara Internasional King Abdulaziz (KAIA), Selasa (11/1) kemarin. Pangeran Sultan mengatakan proyek itu adalah hadiah dari Penjaga Dua Masjid Suci Raja Abdullah kepada rakyat Saudi dan jamaah asing.
Pangeran Sultan menyaksikan presentasi tentang proyek yang akan meningkatkan kapasitas bandara dari 17 juta ke 30 juta penumpang. Bandara baru didesain dalam bentuk dua bulan sabit untuk merefleksikan posisinya sebagai gerbang utama menuju dua masjid sakral.
Sementara, asisten menteri pertahanan dan penerbangan, Pangeran Fahd bin Abdullah, mengatakan bandara baru juga memiliki tambahan fasilitas. "Jumlah yang dialokasikan dalam proyek ini tidak besar bila dibandingkan dengan fasilitas yang akan dimiliki dan bandara serupa di belahan lain dunia," ujarnya kepada wartawan
Ia mengatakan fase pertama proyek, yang meliputi konstruksi terminal baru dengan 94 terminal pesawat, 46 pintu keberangkatan, lima ruang tunggu penumpang, 96 jembatan penghubung pesawat serta 56 kamar hotel transit penumpang, akan diselesakan dalam 36 bulan.
Pangerang Fahd menekankan strategi terbaru Otoritas Umum Penerbangan Sipil (GACA) untuk menambah nilai ekonomis bandara dengan mengoperasikan secara komersil dan menawarkan banyak proyek investasi kepada swasta. "KAIA akan menjadi titik pusat hubungan dalam wilayah untuk mendongkrak trafik udara," ujarnya menekankan.
Presiden GACA, Abdullah Rehaimi, mengatakan proyek bandara baru, diperkirakan membutuhkan ongkos lebih dari (RP65 triliunan lebih) hanya untuk fase pertama. Anggaran akan diambil dari keuntungan KAIA saat ini dan mendatang.
Pangeran Sultan meneken kontrak senilai 27 milyar riyal Saudi dengan salah satu grup bisnis Saudi, Binladin Group, November lalu, untuk menangani proyek.
"Proyek bertujuan membuat KAIA menjadi bandara berteknologi tinggi yang dapat menerima pesawat jenis besar sekaligus menjadi titik pusat koneksi yang menghubungan Timur dan Barat. Tak hanya itu, bandara diharapkan membuka kesempatan investsi besar dan lapangan kerja bagi rakyat Saudi," papar Pangeran Sultan.
Sebagai bagian dari kontrak fase pertama senilai Rp65 triliun, terminal berukuran 670 ribu meter persegi dengan 94 terminal pesawat akan dibangun untuk menggantikan terminal-terminal yang selama ini telah digunakan maskapai Saudi dan asing.
Sementara kontrak fase kedua--senilai SR11.97 milyar (Rp29 triliunan)--akan meliputi menara pengontrol lalu lintas udara tertinggi sedunia, menjulang 133 meter, area parkir berkapasitas 8.200 kendaraan, pusat generator daya dan pendingin udara, pusat data administrasi serta jaringan jalan dan infrastruktur.