REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Keinginan pelatih Alfred Riedl menggelar pelatnas jangka panjang sepertinya akan mendapat resistensi dari sejumlah klub. Klub-klub tersebut tidak setuju dengan rencana Riedl karena mereka tidak bisa menurunkan pemainnya untuk membantu klub di kompetisi lokal.
Salah satu penolakan datang dari pelatih Persema Malang, Timo Scheunemann. Ia mengatakan bahwa program pelatnas jangka panjang kurang realistis karena si pemain jadi tidak bisa memperkuat klub yang membayarnya.
"Harus ada jalan tengah menghadapi situasi tersebut. Pemain tidak mungkin setahun penuh berada di pelatnas. Klub membutuhkan mereka. Selain itu, pemain juga butuh kompetisi. Tidak mungkin pemain berkembang jika hanya melakukan latih tanding terus-menerus," kata Timo yang kemungkinan akan kehilangan Irfan Bachdim untuk pelatnas SEA Games.
Salah satu jalan tengahnya, kata Timo, adalah pelatnas sistem buka-tutup. Yakni, pelatnas yang tidak dilakukan secara terus-menerus sehingga para pemain juga masih diberi kesempatan untuk memperkuat klub. Apalagi, pemain seperti Irfan saat ini menjadi salah satu maskot Liga Primer Indonesia (LPI).
Sriwijaya FC, yang bermain di Liga Super Indonesia, sebelumnya juga sempat mempertimbangkan untuk tidak memberikan izin pemainnya memperkuat timnas Indonesia. Hal ini agar klub tidak selalu dirugikan sehingga bisa tampil optimal di kancah Liga Super Indonesia (ISL).
Selama ini, pemain yang ikut timnas Indonesia itu ternyata kerap mengalami cedera. Itu bisa merugikan klub karena mereka tidak bisa diturunkan pada pertandingan ISL.
"Ini sangat merugikan sehingga pihaknya akan mengkaji untuk mendapatkan jalan terbaik. Bila perlu, pemain tidak diberikan honor," kata kata Direktur Sumber Daya Manusia dan Teknik PT Sriwijaya Optimis Mandiri (SOM), H Hendri Zainudin.