REPUBLIKA.CO.ID, TUCSON, ARIZONA-- Presiden AS, Barack Obama, mendesak warga Amerika untuk tetap bersatu meski terdapat berbagai warna politik di tengah komunitas. Seruan itu disampaikan Obama saat kunjungan untuk menghormati para korban penembakan dalam acara politik di negara bagian Arizona.
Dalam pidatonya di gedung olahraga yang dipenuhi massa, Rabu (12/1), Obama mengingatkan untuk lebih mengedapankan diskusi publik dan tidak saling menyalahkan satu sama lain di saat masyarakat mencoba memahami pemicu serangan yang terjadi di kota Tucson tersebut.
"Hal-hal buruk terjadi dan kita harus membentengi diri dari dalih-dalih sederhana setelah peristiwa terjadi," ujarnya.
Sebagian besar pemberitaan media menyusul penembakan yang menelan 6 korban--termasuk seorang gadis cilik usia sembilan tahun dan satu hakim federal--telah dikaitkan dengan politik. Media mempertanyakan apakah atmosfer politi yang terbelah di AS telah berperan dalam memotivasi tersangka pelaku penembakan.
Obama menekankan tidak seorang dapat mengetahui apa yang memicu serangan itu terjari. "Tak seorang pun tahu kepastian apa yang mungkin bisa menghentikan tembakan itu diletuskan, atau pemikiran apa yan telah mendorong batin seseorang untuk melakukan kekerasan," ujarnya.
Kini si pelaku, Jared Loughner, 22 tahun, ditahan setelah penembakan pada Sabtu (8/1) lalu. Ia dituntut dengan 5 dakwaan termasuk pembunuhan berencana dan percobaan pembunuha.
Sebelum menyampaikan pidatonya, Obama mengunjungi Gabrielle Gifford di University Medical Center, di mana ia masih dinyatakan kritis setelah ditembak di kepala. "Presiden ingin melakukan kunjungan pribadi ini dengan berhenti dulu di rumah sakit dimana anggota Kongres, Giffords dan korban terluka lain terus memulihkan diri," ujar jurubicara Gedung Putih, Robert Gibbs.
Obama sempat berbicara dengan para staf medis yang merawat Gifford dan 13 korban terluka lain, begitu pula dengan keluarga 6 korban yang meninggal.
Suami Giffords, Mark Kelly, di acara yang sama di mana Obama berpidato, menuturkan pada massa bahwa sang presiden memanggil anggota Kongres itu dengan nama singkatnya "Gabby" dan istrinya membuka mata.
.