REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Kepergian terdakwa mafia pajak, Gayus HP Tambunan ke luar negeri diduga untuk menyusun strategi menghilangkan jejak seperti koruptor Edi Tansil yang hingga kini misterius keberadaannya. Negara-negara yang pernah dikunjunginya: Singapura, Makau, Malaysia, diperkirakan akan menjadi tempat tinggalnya bersama istri dan anak-anaknya.
Presidium Indonesian Police Watch (IPW), Neta S Pane, mengatakan kepergian Gayus ke luar negeri memiliki beberapa tujuan. Pertama, mengamankan aset-asetnya, seperti di Singapura. Kedua, mencari orang yang akan membantunya mencari tempat tinggal di negara-negara tersebut. Gayus juga dipastikan akan mengganti identitasnya ketika tinggal di negeri baru. "Semua itu sangat dimungkinkan," papar Neta, saat dihubungi, Jumat (14/1).
Bayangkan, lanjut dia, Gayus sudah 68 kali kabur dari tahanan. Gayus pertama kali diketahui kabur ke Bali dan diketahui sedang menonton Turnamen Tenis Commonwealth dengan memakai wig. Ketika itulah Gayus diketahui pertama kali keluar dari jeruji besi yang mengurungnya.
Tidak putus asa, Gayus kemudian pernah kabur ke Singapura, Makau, Kuala Lumpur. Ketika itu, terang Pane, Gayus jelas merasakan ketenangan dan sudah mengamankan aset-asetnya. Sekali lagi Gayus kabur, tambahnya, maka dipastikan Gayus tidak akan pernah kembali lagi ke Indonesia. Neta mengatakan jika dibiarkan, Gayus nantinya akan seperti tersangka korupsi yang hingga kini misterius keberadaannya, Edi Tansil.
Mabes Polri memastikan bahwa Gayus plesiran ke Macau, Kuala Lumpur, Singapura ditemani Milana Anggraeni. Kepergian itu dibuktikan dengan manifes penerbangan dan pengakuan Gayus. Gayus diduga ke Singapura pada tanggal 30 September 2010. Selanjutnya, Gayus melanjutkan perjalanan ke Makau, dan Kuala Lumpur Malaysia.
Periksa Paspor Milana Neta juga mendesak Polri untuk memeriksa paspor istri Gayus, Milana Anggraeni. Menurutnya, paspor tersebut bisa menjadi petunjuk kemana saja dia pergi keluar negeri bersama suaminya.
"Paspor Gayus jelas harus dipegang penyidik, karena itu bukti utama untuk menelusuri kemana saja Gayus pergi sekaligus menyelidiki kasus pemalsuan paspor," paparnya.
Namun demikian, Neta curiga, bagaimana bisa Polri menangkap sejumlah tersangka pemalsu paspor tanpa memegang paspor palsu Gayus. Dia mengatakan dalam penyelidikan dan penyidikan, hal itu tidak mungkin terjadi.
Neta menilai penelusuran kasus Gayus ini tidak teratur, pemalsuan paspor atas nama sony laksono belum selesai, tiba-tiba sudah mengusut kasus Gayus pelesiran. Belum lagi kasus aliran dana yang didapat mantan pegawai ditjen pajak golongan 3A ini. "Penyelidikan dan penyidikannya kok jadi seperti ini? Seharusnya Polri bisa fokus satu per satu," ungkap Neta.