Ahad 16 Jan 2011 11:36 WIB

Hasyim Khawatir Materi Pudarkan Nilai Luhur Ansor

Hasyim Muzadi
Hasyim Muzadi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi mengaku cemas nilai-nilai luhur Ansor akan luntur oleh politik uang yang diduga mewarnai kongres ke-14 organisasi itu di Surabaya. Sebab, kata Hasyim melalui pesan singkat (SMS) yang diterima ANTARA di Surabaya, Sabtu (15/1), fakta di arena kongres Ansor menunjukkan politisi parpol lebih berperan dibanding para pengurus wilayah dan cabang selaku peserta.

Peserta kongres yang dinilai Hasyim kurang militansi keansorannya, ditambah penghidupan mereka yang belum mapan, sangat rawan terpengaruh politik uang. "Disinilah pasti politisi jorjoran `money politics` yang belum tentu untuk membangun Ansor, tapi yang pasti untuk disedot menuju `treshold` partai masing-masing," katanya.

Dengan politik uang, lanjut Hasyim, pendapat peserta kongres akan lebih ditentukan besaran pendapatan yang mereka peroleh dari masing-masing kandidat. "Dengan demikian kita sukar menggambarkan bagaimana nasib perjuangan nilai-nilai luhur Ansor pascakongres," kata mantan Ketua Ansor Jawa Timur itu.

Terancamnya nilai luhur Ansor juga dikemukakan Direktur Eksekutif Lembaga Kajian dan Survei Nusantara (Laksnu) Gugus Joko Waskito. "Tampilnya beberapa kandidat ketua umum yang berlatar belakang parpol menandakan, meminjam istilah KH Hasyim Muzadi, `industri politik` di OKP kepemudaan NU ini tak akan terbendung lagi," katanya.

Sementara itu, Syaifullah Tamliha, kandidat ketua umum yang juga politisi PPP mengakui jika politik uang akan merusak Ansor, bahkan NU. Oleh karena itu, lanjutnya, ada keinginan sejumlah kandidat untuk berjuang bersama melawan praktik tercela tersebut.

"Yang mau kita hadapi bersama adalah calon yang menjadikan duit sebagai berhala. Ini harus dihabisi sebelum menjadi besar, karena bahaya bagi NU ke depan," katanya.

sumber : antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement