REPUBLIKA.CO.ID,MAZA-I-SHARIF--Sembilan warga sipil termasuk satu anak tewas akibat ledakan sebuah bom di tepi jalan di Afghanistan utara ketika mereka melakukan perjalanan ke acara perkawinan Ahad, polisi dan pejabat setempat melaporkan. Enam wanita, dua pria dan anak itu tewas dalam ledakan tersebut, yang terjadi ketika kendaraan yang mereka gunakan melakukan perjalanan dari Pul-e-Khumri, ibukota provinsi Baghlan, ke sebuah desa setempat berada di jalan yang biasa digunakan oleh pasukan asing.
Tidak jelas dengan segera siapa yang bertanggungjawab atas ledakan itu. Taliban tidak dengan segera menanggapi permintaan untuk berkomentar. "Sebuah bom menghantam bus sipil mini," kata gubernur provinsi Abdul Majeed pada AFP. "Sembilan warga sipil -- enam wanita, satu anak dan dua pria -- tewas. Jalan itu sering digunakan oleh tentara PRT (tim pembangunan kembali provinsi). Semua korban adalah warga sipil."
Tentara Hungaria ditempatkan di provinsi sebagai bagian dari PRT, yang dimaksudkan untuk membantu pemerintah setempat bekerja dengan lebih efektif. Insiden itu juga telah dikonfirmasi oleh Mayor Qudratullah, seorang jurubicara polisi di provisi Baghlan.
Insiden itu terjadi sehari setelah enam warga sipil tewas akibat bom di tepi jalan yang menghantam sebuah bus mini di distrik Sangin di provinsi Helmand yang menghadapi kesulitan di Afghanistan selatan . Jurubicara provinsi Helmand Daud Ahmadi mengatakan bahwa mereka yang tewas Sabtu semuanya keluarga seorang kepala suku setempat, Haji Zainullah, dan bahwa tiga orang yang lain terluka dalam insiden itu.
Kementerian dalam Negeri Afghanistan mengatakan bahwa tahun lalu 2.043 warga sipil tewas sebagai akibat dari serangan Taliban dan operasi militer yang ditargetkan terhadap gerilyawan.
Bom rakitan (IED) atau bom buatan sendiri adalah senjata pilihan bagi gerilyawan dan sering menjadi penyebab kematian warga sipil di Afghanistan.
Ada sekitar 140.000 tentara internasional, dua pertiga dari mereka berasal dari Amerika Serikat, di negara itu untuk memerangi gerilyawan Taliban yang jatuh dari kekuasaan dalam serangan pimpinan AS pada 2001. Tentara internasional akan memulai penarikan terbatas, berdasarkan kondisi dari Afghanistan mulai Juli, dan pasukan Afghanistan dijadwalkan akan mengambilalih tanggung jawab keamanan pada 2014.
Tahun lalu telah menyaksikan korban tewas terbesar bagi tentara internasional yang bertugas di Afghanistan. Menurut laman Internet independen icasualties.org, korbannya sebanyak 711 orang, sementara 18 tentara telah tewas sejauh ini tahun ini.
Laksamana Mike Mullen, kepala dari para kepala staf gabungan, pekan lalu memperingatkan bahwa tingkat kekerasan di Afghanistan "akan menjadi lebih buruk pada 2011 ketimbang kekerasan pada 2010 di banyak bagian". Ia menambahkan bahwa perolehan yang dihasilkan sejauh ini "lemah dan rapuh", menggemakan komentar Presiden Barack Obama dalam peninjauannya kembali atas strategi perang bulan lalu.