Rabu 19 Jan 2011 05:21 WIB

2010, Serangan Perompak Internasional Capai Rekor Tertinggi

Perompak Somalia beraksi, ilustrasi
Foto: Blogspot
Perompak Somalia beraksi, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR--Serangan-serangan perompak terhadap kapal-kapal di seluruh dunia mencapai rekor dalam tujuh tahun terakhir dan mencapai puncak pada tahun 2010. Catatan itu termasukjumlah para awak yang disandera, kata satu badan pengawas maritim, kendatipun patroli di laut meningkat.

Somalia tetap masalah terbesar. Para perompak beroperasi di lepas pantai negara itu menahan 49 dari 52 kapal tahun lalu, kata seorang pejabat di pusat pelaporan Biro Maritim Internasinal (IMB) di Kuala Lumpur.

IMB yang bermarkas besar di London itu mengatakan total 1.181 awak disandera, sebuah rekor tertinggi sejak badan itu mulai memantau pembajakan tersebut tahun 1991. Kantor berita AFP mengatakan para perompak hingga masih menahan 28 kapal dan 638 sandera untuk menuntut uang tebusan sampai akhir Desember.

Jumlah yang terus meningkat ini merupakan sebuah bahaya," kata Pottengal Mukundan, direkur pusat pelaporan pembajakan. Ada 445 serangan atau usaha serangan perompak terhadap kapal-kapal di seluruh dunia tahun 2010, sama dengan yang terjadi tahun 2003.

Jumlah serangan di Teluk Aden dan di laut-laut terdekat yang menghubungkan Eropa dan Asia , menurun separuh karena patroli yang lebih baik. Tetapi para perompak, sebagian besar geng-geng Somalia tetap melanjutkan aksi mereka.

Segala upaya di laut untuk menghentikan kegiatan-kegiatan perompakan terganggu karena pihak berwenang Somalia kurang mendukung," kata Mukundan

Angakatan-angkatan laut asing digelar di lepas pantai Teluk Aden sejak awal tahun 2009 dan telah mengoperasi patroli-patroli.Mereka juga membuat satu koridor transit bagi kapal-kapal untuk melewati titik-titik yang rawan pembajakan.

Masih menurut IMB, jumlah serangan di Laut China Selatan, yang merupakan satu jalur pelayaran penting bagi perdagangan dunia, juga meningkat dua kali lipat menjadi 31 tahun 2010.

sumber : Ant
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement