REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Dirjen Bimas Islam Prof Dr Nasaruddin Umar MA mengatakan, jangan pertentangkan antara Islam dan seni, karena kehadiran seni merupakan bagian dari umat Islam untuk mendekatkan diri kepada Allah. Agama Islam tak mempersoalkan kesenian, katanya, karena kesenian juga menjadi bagian bagi umat Muslim dalam rangka meningkatkan ketakwaan.
Ia menyatakan hal itu saat membuka lomba seni mawaris tingkat tsanawiyah dan aliyah se-Jabodetabek di Gedung Sasana Amal Bhakti Kementerian Agama di Jakarta, Rabu. Sebanyak 23 regu kesenian ambil bagian dalam lomba bernuansa Islami selama satu hari.
Menurut Nasaruddin Umar, seni marawis sudah lama dikenal di Nusantara. Kesenian ini sangat berjasa dalam peningkatan dakwah dan senafas dengan ajaran Islam. Kesenian ini sering tampil dalam berbagai kegiatan ritual Islam.
Dirjen Bimas Islam ini menjelaskan, kesenian marawis sudah dikenal luas di seluruh Indonesia. Hal ini bisa dilihat, di hampir semua pondok pesantren atau madrasah jenis kesenian ini digemari para santri. Banyak pula pelatih marawis dari Tanah Air mengajar di berbagai lembaga pendidikan Islam di Malaysia, Brunei Darussalam dan sejumlah negara Islam lainnya.
Namun Dirjen Bimas Islam itu juga mengakui bahwa pada masa Rasulullah ada larangan menggunakan seruling sebagai alat kesenian. Pasalnya, karena saat itu suling digunakan untuk mendekatkan diri pada penyembahan kepada berhala. Untuk saat ini, seruling dapat digunakan lantaran dikaitkan untuk memperindah musik.
Rasulullah, Nabi Muhammad, sendiri sesungguhnya senang terhadap seni. Semua rasa senang terhadap musik itu ditujukan untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah semata, ia menerangkan. Dalam kesenian marawis, seruling dipakai. Sedangkan alat lainnya berupa tumbuk (pinggang dan batu), rampak, hajir/gendang dan beberapa alat lainnya, seperti kencring, kerap digunakan. Karena itu, Nasaruddin Umar minta agar seni dan Islam jangan dipertentangkan.