REPUBLIKA.CO.ID, SANAA - Setelah Tunisia dan Mesir, kemarahan terhadap rezim kini menjalar juga ke Yaman. Sekitar 15 ribu pengunjuk rasa turun ke jalan-jalan di ibu kota Yaman, Sanaa, menuntut Presiden Ali Abdullah Saleh turun dari jabatan. "Rakyat ingin perubahan rezim dan presiden turun," kata seorang aktivis.
Mereka seragam menggunakan ikat kepala merah muda, yang merupakan simbol kebebasan. Sebagian besar demonstran adalah mahasiswa, anggota partai oposisi dan pendukungnya, serta pekerja dan pengangguran. Mereka terbagi di empat lokasi dan dipimpin partai oposisi.
Isu santer yang diangkat dalam unjuk rasa itu adalah masalah kemiskinan dan tingginya angka pengangguran.
"Kami menuntut presiden dan pemerintahannya memperbaiki kondisi kehidupan, memerangi korupsi, dan reformasi politik. Kami ingin masa depan yang lebih cerah untuk anak-anak kami," kata aktivis Partai Islamist Islah.
"Kita tidak perlu rusuh, kami tidak mengizinkan sesuatu terjadi, yang merugikan warga dan menghina demokrasi," kata Menteri Dalam Negeri Yaman, Mutaher Rashad al-Masri, pada wartawan.