REPUBLIKA.CO.ID,KAIRO-Bentrokan berdarah di Tamah Tahrir agaknya sengaja diciptakan untuk memberi alasan bagi aparat keamanan guna membubarkan demonstrasi anti-Mubarak yang telah berlangsung lebih dari sepekan. Sebelumnya, melalui televisi, juru bicara militer telah menghimbau demonstran untuk menghentikan aksinya dan pulang ke rumah.
Al Jazeera melaporkan militer melonggarkan barikade di sekeliling Taman Tahrir. Mereka membiarkan massa pendukung Mubarak masuk ke Taman Tahrir untuk menyerang demonstrasi anti-Mubarak.
Reporter Al Jazeera, Jane Duton, melaporkan kelompok pendukung Mubarak, yang mengendarai kuda dan onta, menabrak kerumunan demonstran. Sementara militer hanya menyaksikannya. Ia mengatakan semakin banyak pendukung Mubarak mengendarai kuda dan onta masuk ke Taman Tahrir. Ia melaporkan aparat keamanan tampak di antara para pendukung Mubarak.
Insiden ini dikhawatirkan menjadi alasan bagi polisi antihuru-hara untuk mengambil alih, sesuatu yang ditakutkan selama ini. Polisi antihuru-hara sempat ditarik dari jalanan Mesir beberapa hari lalu.
“Orang-orang di atas kuda dan onta, mereka beringas. Mereka melewati barikade tank tentara untuk menyerang demonstran. Semakin banyak pendukung Mubarak yang datang,” ungkap Duton.
Kelompok oposisi mengatakan Mubarak sengaja mengirim massa ke Taman Tahrir untuk menyerang para demonstran.
Duton melaporkan bentrokan antara kedua kubu terjadi di sekeliling tank tentara. Bebatuan beterbangan di atas kendaraan lapis baja. Namun, tentara sama sekali tak turun tangan.
Duton melaporkan ratusan pengunjuk rasa antipemerintah berlarian dari Taman Tahrir, termasuk anak-anak dan wanita.
Sekurangnya enam penyerang diseret dari hewan tunggangan mereka dan dipukuli dengan tongkat. Darah mengalir dari wajah mereka. Salah satu mereka tampak tak sadarkan diri saat diseret. Bekas darah terlihat di tanah tempat bentrokan. Duton mengatakan bentrokan tampaknya akan bertambah besar.
Duton menambahkan wartawan televise Al-Arabiya ditusuk saat terjadi bentrokan.
Lokasi bentrokan terletak di luar Museum Mesir yang beberapa hari sebelumnya menjadi target penjarahan.