REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO - Sejumlah laporan kelam muncul di kalangan demonstran. Mereka yang berani pulang kembali ke rumah dinyatakan menghilang. Seorang penulis Mesir, Mohamed Fadel Fahmy yang terlibat dalam diskusi pembentukan komite, yang akhirnya menamai diri Kelompok Orang Bijak, juga mencemaskan dirinya.
"Kita aman selama kita menguasai lapangan," ujarnya seperti yang dikutip Independent online, Sabtu (5/2). "Jika kita kehilangan kendali terhadap lapangan, Mubarak akan menahan semua grup oposisi--dan polisi akan jauh berkuasa ketimbang seperti sebelumnya. Itulah mengapa kita memperjuangkan nyawa saat ini," ungkapnya.
Polisi keamanan negara kini memiliki daftar panjang sejumlah nama pengunjuk rasa yang telah memberikan pernyataan dalam wawancara televisi, atau telah dikutip dalam sejumlah surat kabar, postingan Facebook dan tweets.
Para pengunjuk rasa juga telah merasakan peningkatan perpecahan antara penentang dan kubu pendukung Mubarak yang terdiri tentara Mesir dan peman-preman bayaran menteri dalam negeri. Terjadi kontak senjata tiga hari lalu dengan penjaga menteri dalam negeri ketika mereka terus menguasai bangunan di mana kamar-kamar penyiksaan di bawah tanah tetap tidak mengalami kerusakan oleh kerusuhan di jalanann.
Itu adalah kamar-kamar mengerikan yang sama, dimana dalam tahanan yang dalam praktek rendisi Amerika (penyerahan seorang tahanan ke negara lain) dikirim untuk 'perlakuan khusus' di tangan Mubarak yang dikenal dengan siksaan lebih sadis. Itulah salah satu alasan yang mengikatkan rezim Mesir sebagai sekutu terpercaya AS.
Kepala staf angkatan darat Mesir, Marshal Mohamed Hussein Tantawi, kawan dekat sepanjang masa Presden Mubarak, mengenakan baju militer hijau sempat mengejutkan massa dengan kehadirannya ditengah kerumunan kemarin.
Kerumunan massa meneriakkan kalimat bersama, "Tentara Mesir adalah tentara kami," dan mereka juga menambahkan, "Tapi Mubarak bukan,." Rakyat menginginkan Tantawi menyampaikan pesan jelas itu kepada temannya.
Kehadiran Tantawi sendiri merupakan simbol politik yang kuat. Namun, dibanding dengan seberapa keras pidato Mubarak yang menyatakan tangan asing berada dibalik upaya penggulingannya dan juga kebohongan Suleiman menyangkut nasib jurnalis luar negeri, Tantawi menunjukkan bahwa tentara memang serius bersungguh-sungguh ingin melindungi para demonstran.
Sikap militer Mesir jelas, mereka menyatakan bahwa mereka tidak akan pernah menggunakan senjata kepada mereka yang ingin menggulingkan Mubarak karena kedukaan dan kemarahan rakyata adalah sah. Pernyataan itu pun telah ditegaskan langsung oleh Tantawi. Karena itulah, para demonstran meyakini--meski oleh sejumlah pengamat dipandang naif dan berbahaya--integritas militer.
Sikap ngotot Mubarak akhirnya ditanggapi demonstran dengan penunjukkan wakil dari sejumlah figur utama oposisi untuk melakukan negosiasi dengan pemerintah. Dalam proposal yang ditawarkan grup tokoh oposisi yang mewakili rakyat, skenario yang diajukan adalah Mubarak mengundurkan diri dan jabatan presiden dipegang sementara oleh wakil presiden yang baru diangkat, Omar Suleiman, namun hanya dalam masa transisi hingga pemilu September.
Sejumlah tokoh yang menamakan diri "Kelompok Orang Bijak"--di antaranya Amr Moussa, sekretaris jendral Liga Arab dan Ahmed Zuwail, mantan penasihat Obama--telah bertemu dan mendiskusikan proposal tersebut dengan Suleiman langsung, Sabtu.
Mubarak juga dinyatakan akan dibolehkan tetap tinggal secara pribadi di Mesir dengan syarat ia tidak bermain lagi--baik secara terang-terangan atau diam-diam--dalam kehidupan politik. Ia masih dipandang sebagai musuh menakutkan yang tidak akan segan memenggal oposisi bila ia masih memiliki akses terhadap kekuasaan.
"Ia termasuk penganut gaya lama, seperti Sadam dan Arafat yang dalam dua hari terakhir telah menampakkan wajah aslinya," demikian menurut salah satu pengorganisir unjuk rasa. "Ia adalah otak dibalik semua serangan terhadap kami (demonstran-red) dan perintah tembak mati di tempat.
Si penulis, Mohammed Fahmy, paham betul apa maksudnya. Ayah kandungnya telah melarikan diri dari Mesir selama tujuh tahun--setelah sebelumnya sempat menggalang massa untuk menggelar protes sejenis seperti hari ini, demi mengusir Mubarak dari kekaisarannya.
Gambaran singkat situasi Mesir terkini
Jam Malam Diperpendek
Jam malam di Mesir telah dikurangi tiga jam. Sebelumnya orang-orang dilarang berada di luar rumah pada pukul 5 sore hingga 7 pagi, kini batasan dimulai pada pukul 7 malam hingga 6 pagi.
Ekonomi Mesir Lumpuh
Mesir telah merugi setidaknya 3,1 milyar dolar akibat krisis, demikian menurut bank investasi, Crédit Agricole, Jumat. Pergolakan tanpa henti telah membuat bisnis dan bank tutup. Para turis pun telah meninggalkan negara ini. Bank investasi itu juga mengatakan krisis membuat Mesir harus mengeluarkan ongkos 310 juta dolar perhari dan mengatakan cadangan devisia Mesir berpotensi menyusut 20 persen.
Obama mengkritik intelijen.
Presiden Obama telah mengirimkan memo berisi keluhan mengenai kegagalan intelijen AS dalam memprediksi krisis di Tunisia dan Mesir, demikian menurut laporan AP.
Apa yang mungkin terjadi nanti? Berikut adalah analisis wartawan spesialis liputan Timur Tengah, Robert Fisk dari harian terkemuka Inggris, Independent, yang kini juga berada di Mesir.
Mubarak Pergi.
Jika Presiden memutuskan bahwa suara-suara yang mendesak agar ia ditahan, diadili bahkan dieksekusi kian menguat, ia dapat mengambil keuntungan dari penawaran suaka yang telah dirumorkan dan menghilang. Namun itu adalah kemungkinan paling kecil.
Bila ia siap pergi, ia pasti telah melakukannya saat ini, ketika keseriusan pengunjuk rasa di awal-awal sudah jelas. Pidatonya pada pekan ini menunjukkan bahwa ia bersikeras untuk melanjutkan masa jabatannya hingga akhir.
Negosiasi 'keberangkatan'
Solusi yang paling diinginkan oleh pihak Barat, terutama AS, menuntut agar transisi secara tertib dimulai sejak sekarang. Bila Mubarak setuju, tentu ia mensyaratkan bahwa ia dapat turun secara 'terhormat'.
Katalis yang memungkinkan mempercepat proses itu adalah para eselon utama militer, khusunya yang kini telah diberi mandat oleh Mubarak. Jika skenario itu yang terjadi, wakil presidennya, Omar Suleiman, yang notabene kepala tertinggi badan intelijen Mesir, akan mengambil pimpinan pemerintah transisi, termasuk elemen oposisi, sebelum pemilu digelar.
Demonstrasi bubar dan berakhir mengecewakan
Para pendukung Mubarak kini mulai punya hati. Pasalnya terlepas dari semua suara kemarahan para demonstran, sejauh ini mereka gagal memaksa presiden turun. Semakin lama protes berlangsung, tak lantas membuat Mubarak mundur tiba-tiba. Bahkan beberapa musuh terburuk Mubarak kini mulai berdebat bahwa ia seharusnya dibolehkan memerintah hingga September.
Sementara mereka yang menginginkan Mubarak hengkang saat ini juga, menyatakan banyak hal yang mungkin terjadi sebelum kepergiannya--yang kini diperdebatkan. Kelompok ini juga cemas dengan kekerasan balasan begitu mereka kehilangan perlindungan dari tentara. Skenario ini biasa terwujud hanya bila militer Mesir dan AS sama-sama menyimpulkan itu adalah kompromi terbaik.
Mematahkan dengan tindakan keras.
Bentrok di Lapangan Tahrir, pusak Kairo, pada Rabu mengisyaratkan pertumpahan darah sebagai cara berpotensi dilakukan bila rezim memutuskan mereka memiliki kesempatan memantapkan kekuasaan dengan menghancurkan oposisi.
Tapi kemungkinan itu bisa jadi dihilangkan mengingat protes kian meluas. Setiap serangan yang dilakukan negara terhadap rakyat Mesir bakal menuai kemarahan dan reaksi keras dari Barat, termasuk penarikan bantuan AS yang sangat diandalkan oleh Mubarak.