REPUBLIKA.CO.ID,Mesir semakin bergolak. Oposisi geram pada ancaman kudeta militer dari wapres Omar Suleiman. Sementara ribuan buruh juga menggelar protes menuntut kenaikan gaji.
Situasi di Mesir kembali tegang. Pemicunya adalah peringatan wakil presiden Omar Suleiman mengenai kemungkinan kudeta militer, jika perundingan mengenai peralihan kekuasaan secara damai dengan oposisi mengalami kegagalan. Kelompok oposisi dan para demonstran, mengartikan peringatan wakil presiden Suleiman sebagai ancaman akan diterapkannya undang-undang darurat perang. Karena itu, mereka kembali menyerukan digelarnya aksi protes jutaan orang hari Jumat besok.
Seorang jurubicara kelompok oposisi Ikhwanul Muslimin, Mohammed Mursi mengatakan :“Kami mencoba berdialog. Tapi saat ini, bagi banyak orang yang terjadi adalah monolog pemerintah. Kami menolaknya dan menuntut dialog.”
Wakil presiden Suleiman juga mengatakan, jika terpaksa, reformasi dapat dilakukan tanpa mengikut sertakan oposisi. Jurubicara kelompok oposisi di Kairo menyebutkan, jika ancaman itu dilaksanakan, artinya aksi demonstrasi damai di Lapangan Tahrir akan dilindas dan dihancurkan dengan kekerasan militer. Tapi dipertanyakan, apakah 70 juta rakyat Mesir pendukung reformasi juga akan dilindas?
Pemogokan buruh
Aksi pembangkangan rakyat menentang presiden Husni Mubarak, juga semakin meruncing dengan tambahan aksi mogok ribuan buruh di berbagai kota di Mesir hari Rabu (9/2). Para buruh dan karyawan ini menuntut kenaikan gaji, perbaikan tunjangan sosial serta persyaratan kerja yang lebih baik.
Koresponden melaporkan, di kota pelabuhan Suez, lebih dari 5.000 pekerja berbagai perusahaan menggelar aksi mogok. Juga ribuan buruh di kota Mahalla, Port Said dan ibukota Kairo turun ke jalanan untuk menegaskan tuntutannya.
Sementara itu sekitar 8.000 demonstran anti-Mubarak di provinsi Assiut di selatan Mesir, memblokir jalan bebas hambatan dan jalan utama menuju Kairo dengan batang pohon yang dibakar. Di kota Charga di barat laut Kairo, polisi melepaskan tembakan terhadap ratusan demonstran yang membakar gedung pengadilan setempat. Tiga orang demonstran dilaporkan tewas tertembak dan sekitar 100 lainnya cedera.
Mubarak tidak ke Jerman
Menanggapi spekulasi pengasingan Mubarak ke Jerman, dengan alasan perawatan kesehatan jangka panjang, kantor berita resmi MENA mengutip keterangan wakil presiden Suleiman, bahwa kondisi kesehatan Mubarak sangat bagus. Juga tidak ada kesepakatan apapun dengan kanselir Jerman, Angela Merkel.
Rabu kemarin, secara demonstratif Mubarak menerima kunjungan utusan khusus dari Rusia. Parlemen Jerman-Bundestag juga menggelar sidang, membahas sikap parlemen dan pemerintah menanggapi revolusi di Mesir itu.
Menteri luar negeri Guido Westerwelle menegaskan kebijakan pemerintah,“Tuntutan kami sudah jelas. Pertama kami ingin pencabutan situasi darurat, kedua diakhirinya intimidasi terhadap demonstran dan media, ketiga pembebasan seluruh tahanan politik dan keempat segera dilaksanakannya reformasi konstitusi.“
Menlu Jerman itu juga mengatakan, siapa yang akan memerintah Mesir di masa mendatang, adalah urusan warga Mesir. Pihak dari luar negeri jangan ikut campur. Berbeda dengan pemerintah, kelompok oposisi menuntut sikap lebih tegas dari Jerman, dengan mendesak agar Mubarak segera lengser dari kekuasaannya.